Jakarta (ANTARA) - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengajak seluruh pemangku kepentingan agar memanfaatkan usia emas anak untuk memberi pendidikan tentang bagaimana berlalu lintas yang baik dan berkeselamatan.

“Pendidikan SALUD memanfaatkan masa emas anak-anak dengan harapan dapat memberikan pengalaman yang membekas di hatinya dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Budi Karya dalam Seminar Nasional Sadar Lalu Lintas Usia Dini (SALUD) di Jakarta, Kamis.

Menhub mengatakan, pendidikan sadar berlalu lintas sejak usia dini penting untuk dilakukan sebagai landasan pembangunan karakter manusia yang berkeselamatan dalam bertransportasi. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keselamatan berlalu lintas, membutuhkan suatu format yang menarik dan dilakukan secara konsisten.

Oleh karena itu, Menhub mengajak pemangku kepentingan terkait seperti Kemendikbud Ristek, Kepolisian, pemerintah daerah, akademisi, dan pemerhati anak untuk berkolaborasi meningkatkan metode pendidikan SALUD dengan format yang menarik.

“Kita bisa menggunakan cara-cara yang mengakar pada budaya dan kearifan bangsa Indonesia yang beragam, sehingga memiliki kedalaman dan dapat diterima dengan mudah bagi anak-anak” ujarnya.

Menhub mengungkapkan, membangun kesadaran akan keselamatan kepada masyarakat bukanlah suatu hal yang mudah. “Kita sudah buat aturan tetapi kadang sulit diterima masyarakat. Tetapi pada masa mudik lalu kami bersama Korlantas Polri terbukti bisa melakukan edukasi dan masyarakat mau mengikuti anjuran pemerintah. Artinya, kolaborasi harus terus dilakukan karena tidak mungkin satu sektor bisa menyelesaikannya sendiri,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Kakorlantas Polri Irjen Pol Firman Shantyabudi mengapresiasi Kemenhub yang terus konsisten melakukan kegiatan yang berfokus pada peningkatan keselamatan jalan.

Menurut dia, faktor manusia berperan penting dalam menciptakan ketertiban lalu lintas. “Untuk itu, pendidikan SALUD ini berperan penting dalam mewujudkan budaya tertib berlalu lintas,” katanya.

Melalui pendidikan SALUD, ia berharap generasi muda dapat menanamkan sikap yang menunjukkan kesadaran yang tinggi akan keselamatan berlalu lintas.

Sikap tersebut diantaranya kepatuhan sebagai warga negara yang taat hukum, mengajarkan rasa tanggung jawab empati terhadap orang lain sesama pengguna jalan, memahami pentingnya keselamatan di jalan pada usianya baik sebagai penumpang, pejalan kaki, maupun pesepeda, serta mampu mengambil tindakan segera kepada petugas berwenang jika terjadi keadaan darurat di jalan raya.

Kata Kakorlntas, persoalan lalu lintas bukan persoalan kecil yang harus dituntaskan, karena menjadi potret kemajuan sebuah bangsa.

Data Korlantas Polri menyebutkan, setiap jamnya dua orang meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Di Indonesia pada tahun 2021, tercatat ada 103.645 kejadian kecelakaan yang mengakibatkan 25.266 korban meninggal dunia, 10.553 korban luka berat, dan 117.913 korban luka ringan. Korban kecelakaan didominasi oleh usia produktif antara 20-49 tahun.

Kemenhub memiliki sebuah program pengenalan dan pembelajaran cara berlalu lintas untuk anak-anak usia dini bekerja sama dengan guru-guru sekolah yang membidangi pendidikan TK dan PAUD. Program ini diimplementasikan di berbagai daerah dan dilakukan bersama dengan pemangku kepentingan terkait.

Salah satu upaya yang dilakukan yaitu mendorong setiap kota/kabupaten untuk memiliki Taman Lalu Lintas, yang bisa dimanfaatkan untuk mensosialisasikan tentang Gerakan SALUD.

Turut hadir dalam seminar ini Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi; Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Djoko Sasono, Direktur Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan, Siti Maimunah; Psikolog Anak Sahabat Anak Indonesia, Seto Mulyadi; dan Bunda SALUD Trisusila Hidayati.

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022