Mau tidak mau menuntut sebuah negara untuk beradaptasi sesuai dengan tuntutan zamannya.Jakarta (ANTARA) -
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto mengatakan bahwa dampak dari pandemi COVID-19 telah mengubah tatanan politik baru dunia dengan munculnya beberapa kebijakan pemerintahan.
"Pandemi yang terjadi dalam jangka panjang akan berdampak pada ketahanan nasional sebuah negara," kata Andi dalam sambutannya yang dibacakan oleh Wagub Lemhannas Mayjen TNI M. Sabrar Fadhilah pada acara Orasi Ilmiah dan Peluncuran Buku dalam rangkaian HUT Ke-57 Lemhannas di Gedung Lemhannas, Jakarta, Kamis.
Di sisi lain, lanjut dia, pandemi memaksa banyak pihak mengalibrasi hubungan internasionalnya.
Namun, pada saat yang bersamaan dengan makin besarnya pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketiadaan interaksi fisik cenderung mendisrupsi cara hidup, termasuk geopolitik suatu negara.
Menurut dia, respons kepemimpinan yang solid dengan visi yang jelas sangat perlu untuk mengambil peluang agar bisa melewati krisis setelah pandemi ini menyambut new normal untuk bergerak menuju transformasi geopolitik 5.0.
Sementara itu, dengan bergulirnya revolusi 5.0, menuntut negara-negara di dunia untuk bergerak dengan lebih cepat, mampu beradaptasi, dan mengintegrasikan diri secara utuh dengan transformasi digital.
Selain itu, menciptakan masyarakat yang lebih baik, optimistis, dan mempertahankan eksistensi agar dapat menciptakan negara maju serta berkembang.
Oleh karena itu, kata dia, harus pandai-pandai membaca peta baru pada era pandemi COVID-19 ini untuk kepentingan nasional.
Di samping itu, melakukan lompatan kuantum (quantum leap), lompatan jauh ke depan, melakukan akselerasi transformasi digital, dan kebijakan yang mengatasi kesenjangan digital sehingga mengakomodasi semua masyarakat dan kepentingan layanan publik menuju masyarakat 5.0.
Di samping itu, melakukan lompatan kuantum (quantum leap), lompatan jauh ke depan, melakukan akselerasi transformasi digital, dan kebijakan yang mengatasi kesenjangan digital sehingga mengakomodasi semua masyarakat dan kepentingan layanan publik menuju masyarakat 5.0.
Mencermati hal tersebut, Lemhannas sebagai organisasi yang menganut manajemen modern sudah semestinya mengembangkan kepemimpinan strategis berbasis ketahanan nasional menuju Era Geopolitik 5.0.
Oleh karena itu, kata mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) ini, perlu kepemimpinan ideal dalam menyongsong kehidupan pada Era Geopolitik 5.0.
Kepemimpinan negara yang ideal, menurut Andi, kepemimpinan yang mencerminkan adanya humanisme universal yang memperjuangkan segala hak rakyatnya, demokrasi, dan keadilan sosial.
Dengan adanya kepemimpinan strategis berbasis ketahanan nasional, dia berharap Indonesia memiliki visi bersama untuk sama-sama mewujudkan Indonesia yang lebih baik pada tahun 2045.
Andi menambahkan orasi ilmiah yang mengambil tema "Transformasi Lemhannas RI: Ketahanan Nasional Era Geopolitik 5.0" sangat relevan dengan perkembangan lingkungan strategis saat ini.
Hal tersebut ditandai dengan adanya persaingan yang makin ketat disertai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin maju.
"Mau tidak mau menuntut sebuah negara untuk beradaptasi sesuai dengan tuntutan zamannya," kata Andi.
Melalui orasi ilmiah dan launching buku Lemhannas RI mampu melahirkan ide-ide segar dan pemikiran yang strategis dalam membangun negeri guna terciptanya Indonesia emas yang maju, berdaya saing, adil, dan sejahtera.
Melalui orasi ilmiah dan launching buku Lemhannas RI mampu melahirkan ide-ide segar dan pemikiran yang strategis dalam membangun negeri guna terciptanya Indonesia emas yang maju, berdaya saing, adil, dan sejahtera.
Baca juga: Hasto paparkan disertasi pemikiran geopolitik Bung Karno
Baca juga: Indocement: Ketegangan geopolitik Eropa berdampak harga semen naik
Baca juga: Indocement: Ketegangan geopolitik Eropa berdampak harga semen naik
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022