"Kalau diminta tetap tinggal di asrama, ya patuhi. Tidak usah ikut-ikutan yang lain," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yaya Sutarya kepada ANTARA di Beijing, Kamis.
Ia merasa perlu menyampaikan imbauan tersebut menyusul protes sejumlah mahasiswa Peking University, Beijing, Senin (16/5), terhadap pihak kampus terkait kebijakan prokes ketat antipandemi COVID-19.
Video yang beredar di sosial media menggambarkan beberapa mahasiswa berkumpul di asrama kampus ternama di China itu sambil meneriakkan, "Samakan akomodasi, samakan hak!"
Yaya memastikan tidak ada mahasiswa Indonesia di Peking University sejak pandemi COVID-19 pertama kali mewabah di China pada awal 2020.
"Kalau di Beijing saat ini tersisa 23 pelajar kita, tapi di Beida (Peking University) tidak ada," ujarnya.
Sementara itu, beberapa wilayah di Beijing yang sebelumnya dikunci (lockdown) mulai dibuka secara bertahap.
"Mulai hari ini saya sudah bisa keluar kompleks, namun keluar-masuknya harus ada kartu 'pass' dari keamanan kompleks," ujar seorang warga negara Indonesia yang tinggal di Panjiayuan dan baru keluar dari karantina wilayah sejak 30 April lalu.
Namun halte bus dan stasiun kereta metro di sepanjang ruas Hujialou-Shilihe masih tutup.
Sepanjang ruas jalur tersebut kereta bawah tanah Beijing itu hanya berhenti di stasiun Hujialou dan Shilihe, namun "bablas" di enam stasiun antara.
Demikian halnya dengan bus, yang tidak berhenti di halte-halte ruas jalur tersebut.
"Saya terpaksa pakai sepeda berangkat kerja tadi pagi," ucapnya.
Baca juga: China tak akan longgarkan prokes ketat
Baca juga: Beijing akan lakukan tes COVID-19 massal lebih lanjut
Baca juga: 453 warga Beijing positif COVID-19, 40 stasiun 'subway' ditutup
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022