Toyota (ANTARA News) - Gempa bumi telah mengagetkan kegiatan Piala Dunia antarklub di Jepang pada Rabu, menimbulkan rasa takut bagi para pemain dan fans yang tidak terbiasa dengan aktivitas seismik tersebut.

Beberapa pemain mengungkapkan kekhawatirannya melalui situs Twitter, setelah gempa bumi sebesar 4,9 skala richter menggoncang Stadion Toyota dan beberapa daerah di pusat kota Nagoya, di mana sebagian besar tim dan suporter mereka menginap.

Hal tersebut sekaligus mengingatkan mengenai bahaya gempa bumi di Jepang. Pada Maret, gempa bumi sebesar 9,0 Skala Richter, disusul oleh tsunami, telah menghancurkan wilayah Timur Laut negara itu, dan membuat 20.000 orang meninggal atau hilang.

Stadion Toyota tetap menjadi tempat berlangsungnya partai semifinal antara raksasa Brazil, Santos, melawan juara Liga Jepang, Kashiwa Reysol. FIFA mengatakan mereka tidak akan mengubah jadwal pertandingan, hanya karena gempa bumi.

"Tremendo tremendo (Wow wow)," demikian ditulis bek Santos yang berbahasa Portugal, Danilo, melalui akun Twitternya.

"Ke buen temblor!" ("Gempa bumi yang besar!") kata pemain Monterrey, Abraham Dario Cerrino, dalam bahasa Spanyol. "Solo un susto" ("Hanya sedikit ketakutan"), imbuhnya.

Gempa bumi tersebut terjadi pada pukul 01.01 siang waktu setempat (04.01 GMT), Suvei Geologi AS mengatakan, pusat gempa terjadi pada kedalaman 50 kilometer, 36 kilometer dari Nagoya, salah satu kota utama Jepang.

Sejauh ini belum ada laporan jatuhnya korban jiwa.

Sistem alamat masyarakat pada Piala Dunia antar Klub, telah menginformasikan kepada para penonton pertandingan, mengenai apa yang harus mereka lakukan jika terjadi gempa bumi.

Berbicara sebelum gempa bumi Rabu, pelatih Barcelona, Pep Guardiola, sambil berefleksi terhadap bencana 11 Maret, mengatakan, "Ketika alam memutuskan untuk memberontak, tidak ada yang dapat anda lakukan."

"Yang dapat kita lakukan adalah mencoba dan mengantisipasi kesulitan menggunakan teknologi, dan setelah itu, mencoba tetap kuat dan melaluinya dengan baik," ucapnya kepada FIFA.com sebagaimana dikutip AFP.

(SYS/H-RF/F005)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011