Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) akan melakukan evaluasi secara menyeluruh setelah tidak tercapainya target medali pada SEA Games 2021 Vietnam.
"Gagalnya terget karena peraturan baru. Dan peraturan belum disahkan di internasional dan di nasional juga belum pernah menerapkan. Kami akan evaluasi total," kata Wakil Ketua PB IPSI Erizal Chaniago seperti dilansir laman Kemenpora, Kamis.
Pada pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara edisi ke-31, lanjut Erizal, pencak silat semula mencanangkan target empat medali emas. Namun dalam pelaksanaannya hanya satu atlet Indonesia yang menjadi yang terbaik. Dia adalah Riska Hermawan dan Ririn Rinasih yang turun pada nomor seni ganda putri.
Sedangkan secara keseluruhan pencak silat Merah Putih mengirim 21 nama. Selain satu emas, Indonesia juga membawa pulang empat perak dan tiga perunggu. Hasil ini menempatkan Indonesia di urutan kelima dalam perolehan medali pencak silat. Vietnam di urutan teratas dengan enam emas, dua perak, dan lima perunggu.
Baca juga: Pencak silat gagal capai target empat emas di SEA Games 2021
Baca juga: Indonesia siap dukung pengembangan pencak silat di Kazakhstan
Pencapaian ini menurun dibanding SEA Games 2019 di Filipina yang kala itu Indonesia menempati posisi teratas dalam perolehan medali dengan membawa pulang 2 emas, 3 perak, dan 2 perunggu.
"Saya sebagai Wakil Ketua Umum PB IPSI mohon maaf kepada Kemenpora. IPSI sudah bekerja keras tapi belum bisa memenuhi target yang diberikan kepada IPSI," kata Erizal menambahkan.
"Secara atlet kami sudah yang terbaik dan ini adalah juara-juara Asian Games 2018 dan PON Papua. Selain itu, kami juga diberikan training camp jangka panjang oleh Kemenpora. Dan yakinlah kami akan memperbaiki hal-hal yang bersifat non teknis," tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Erizal mengatakan ada sejumlah faktor yang disinyalir sebagai kecurangan. Pasalnya, beberapa atlet Tanah Air yang turun berlaga di SEA Games kali ini kerap mendapatkan ketidaksesuaian poin.
Tak jarang, Erizal menilai keputusan wasit justru tak wajar sehingga merugikan Indonesia secara sepihak.
Baca juga: Indonesia merasa jadi 'musuh' bersama di pencak silat
"Contohnya seperti cara bantingan yang bergendong-gendongan seperti MMA itu diperbolehkan, jadi ciri khas pencak silat itu justru tergerus," ujar Erizal.
Khoirudin Mustakim, atlet pencak silat Indonesia yang turun di nomor laga kelas B putra mengatakan ia dan pelatih sempat heran ketika mendapat penalti dalam beberapa detik jelang laga usai.
"Mustakim melakoni pertandingan penentu dalam final nomor tanding 50-55 Kg menghadapi wakil Malaysia, Muhammad Khairi Adib. Tendangan keras Mustakim yang dilayangkan bukanlah menyasar area terlarang (leher) pesilat Malaysia ini tapi kita malah kena pinalti," kata Erizal.
Pengurangan poin tersebut tak dapat dikejar kembali oleh pesilat asal Klaten, Jawa Tengah tersebut, sehingga medali emas harus direlakan kepada Muhammad Khairi Adib yang sebelumnya tertinggal poin 50-59.
Berangkat dari hasil tersebut, Kemenpora dan IPSI akan melakukan evaluasi non-teknis. Erizal mengatakan pihaknya akan meneliti lebih jauh terkait regulasi yang ditetapkan saat ini.
Baca juga: Ririn/Riska sumbang emas pertama pencak silat
Baca juga: Menjaga tradisi jawara silat
Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2022