"Kita harus mengakomodasi produksi Libya, dan mempertahankan tingkat produksi yang sama pada pertemuan OPEC di Wina, Rabu," kata Menteri Perminyakan Venezuela Rafael Ramirez kepada wartawan, lapor AFP.
"Negara-negara Teluk harus mengurangi produksi mereka," Ramirez mengatakan, mengacu ke Arab Saudi dan Kuwait -- negara-negara yang telah kelebihan produksi."
Dia menambahkan: "Kami percaya ada cukup minyak di pasar."
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tampak mengatur untuk mencapai konsensus guna mempertahankan kuota produksi resminya.
Analis secara luas memperkirakan organisasi berbasis di Wina, yang memasok sepertiga dari minyak mentah dunia, akan mempertahankan target produksi 24,84 juta barel per hari (mbpd) - di mana telah bertahan selama hampir tiga tahun.
Badan Energi Internasional, yang mewakili negara konsumen minyak utama, mengatakan Selasa bahwa OPEC pada kenyataannya memproduksi 30,68 juta barel per hari pada bulan lalu, terutama karena produksi yang lebih tinggi dari Arab Saudi dan Libya.
Angka itu termasuk produksi dari Irak, yang bukan bagian resmi dari kuota produksi OPEC karena kerusuhan terus-menerus di negara itu. Kecuali produksi dari Irak, IEA memperkirakan bahwa kartel memompa 27,97 juta barel per hari pada November - yang masih di atas pagu OPEC.
Venezuela telah bergabung dengan presiden OPEC saat ini Iran menyerukan gembong OPEC Arab Saudi dan Kuwait untuk mengurangi kembali kuota produksi mereka karena minyak Libya mengalir kembali ke pasar.
Kedua negara Teluk telah meningkatkan produksi dalam beberapa bulan terakhir untuk mengkompensasi suspensi ekspor minyak Libya setelah negara Afrika Utara itu terjerumus perang saudara tahun ini.
Venezuela dan Iran dipandang sebagai anggota OPEC yang paling keras, berulang kali menyerukan penurunan produksi untuk membantu meningkatkan harga minyak dan pada gilirannya pendapatan mereka. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011