London (ANTARA News) - Harga minyak melonjak pada Selasa, karena pasar terjebak dalam rumor tentang latihan militer Iran di rute penting Teluk dan harapan langkah-langkah stimulus lebih dari Federal Reserve AS, kata para pedagang.
Dalam transaksi sore, harga minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari naik menjadi 111,10 dolar AS per barel, sebelum mundur kembali menjadi 109,32 dolar AS, yang masih keuntungan besar dan kuat 2,06 dolar AS dari tingkat penutupan Senin, lapor AFP.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk Januari, melompat setinggi 101,25 dolar AS. Kemudian berdiri di 99,70 dolar AS, naik 1,93 dolar AS dari posisi Senin.
"Harga minyak melonjak tajam di sesi sore karena laporan latihan militer Iran di Selat Hormuz, yang kemudian dibantah oleh juru bicara kementerian luar negeri Iran," ujar analis CMC Markets, Michael Hewson.
Pedagang tetap takut bahwa Teheran dapat mencoba dan menutup Selat Hormuz yang strategis dan sensitif yang menghubungkan Teluk dengan Teluk Oman, dimana banyak minyak di kawasan tersebut diangkut.
"Ini menunjukkan seberapa sensitif pasar minyak ketika desas-desus niat Iran menutup Selat Hormuz yang menyebabkan harga melonjak," kata broker Owen Ireland di Valbury Capital.
"Apakah benar atau tidak rumor ini ... masih harus dilihat tetapi penting untuk mempertimbangkan berapa banyak kekuatan Iran atas bahan hitam (minyak)."
Sebuah pesawat tak berawak AS ditangkap oleh Iran yang sekarang milik republik Islam, Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi mengatakan Selasa, menolak permintaan Presiden AS Barack Obama untuk mengembalikannya yang memicu ketegangan antara keduanya.
Iran pekan lalu menampilkan di televisi negara apa yang dikatakan itu pesawat tanpa awak. Seorang anggota parlemen mengatakan Republik Islam itu membuka perangkat lunak pesawat dan akan merekayasa balik pesawat tersebut.
Insiden itu terjadi setelah Inggris, Kanada dan Amerika Serikat bulan lalu meningkat sanksi pada sektor keuangan, petrokimia dan energi Iran, setelah sebuah laporan PBB yang menunjukkan Teheran meneliti senjata nuklir. Teheran telah menolak laporan PBB sebagai tak berdasar.
"Sepertinya ketegangan geopolitik meningkat dengan cepat," kata analis GFT, David Morrison.
Kemudian pada Selasa, Federal Reserve AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya mendekati nol -- di mana mereka usahakan selama tiga tahun -- untuk meningkatkan perekonomian.
OPEC, sementara itu, tampaknya diatur untuk mencapai konsensus mempertahankan kuota produksi resmi pada pertemuan di Wina, karena data menunjukkan produksi minyak mentah kartel pada tingkat tertinggi selama lebih dari tiga tahun pada bulan lalu.
Menjelang pertemuan Rabu, presiden kartel Iran mengatakan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak akan mencapai konsensus tentang produksi.
Menteri Perminyakan Kuwait Mohammad al-Baseeri mengatakan, OPEC kemungkinan akan mempertahankan kuota produksinya tidak berubah karena pasar seimbang dan harga minyak mentah stabil.
Analis secara luas memperkirakan organisasi berbasis di Wina itu, yang memasok sepertiga dari minyak mentah dunia, akan mempertahankan target produksi resmi 24,84 juta barel per hari -- di mana telah bertahan selama hampir tiga tahun.
Tetapi dengan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa produksi OPEC yang sebenarnya mencapai 30,68 juta barel minyak per hari (mbpd) pada November -- jumlah tertinggi dalam lebih dari tiga tahun -- kartel dapat memutuskan untuk mengeluarkan pernyataan menjanjikan kepatuhan ketat dengan kuotanya. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011