... berdasarkan studi internal, Indonesia belum siap memasuki forum perdagangan dalam komunitas ekonomi di ASEAN pada 2015 itu.

Depok (ANTARA News) - Interkoneksi pada segala lini dan kesiapan SDM menjadi kata-kata kunci utama jika Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) pada 2015 diwujudkan. Tiada pilihan lain, Indonesia harus segera menyiapkan diri terhadap kata-kata kunci itu, terutama saat semua pintu perdagangan antar negara-negara di Asia Tenggara saling terbuka.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Prof Firmanzah PhD, mengatakan, walau Indonesia ikut memotori perwujudan AEC pada 2015,namun sepengetahuannya belum ada usaha bersama mempersiapkan percepatan profesi tenaga kerja.

"Siap-siap tidak siap, (Indonesia) harus siap," katanya ketika menggelar jumpa pers dalam seminar "Indikator Ekonomi Baru untuk Perbaikan Kebijakan Publik dan Tinjauan Ekonomi 2012" di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa.

Karena itu, pemerintah harus segera menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mumpuni dan sesusai dengan standar internasional. Harapannya, SDM itu bersaing dengan tenaga profesional dari negara Asia Tenggara lainnya.

"Pemerintah harus menggandeng, mewadahi dan menggandeng semua asosiasi, tenaga profesi dan SDM itu sendiri," katanya.

Tentunya, Indonesia tidak ingin mengulang ketidaksiapan daya saing dan beli penjual lokal menerima gempuran produk-produk dari China. Kerjasama ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) terbukti merugikan dan mematikan usaha UKM kecil Indonesia.

Sementara itu, dosen UI, Dr Telisa Aulia Falianty, melihat ada dua teori menyikapi kerjasama antar negara Asia Tenggara tersebut. "Pertama, siap dulu baru ikutan. Kedua, ikut-ikutan baru beradaptasi dan mengevaluasi," katanya.

Falianty mengatakan, berdasarkan studi internal, Indonesia belum siap memasuki forum perdagangan dalam komunitas ekonomi di ASEAN pada 2015 itu.

Masih banyak sektor yang harus dibenahi dan diperbaiki, di antaranya suku bunga bank-bank di Indonesia saat ini pada posisi enam persen masih terlampau tinggi untuk ukuran Asia Tenggara.

Singapura dengan fundamental ekonomi berbasis perdagangan internasional menetapkan suku bunga hanya tiga persen sehingga amat atraktif bagi investor dalam negeri dan luar negeri. Belum lagi sistem hukum yang sangat bisa diandalkan para pebisnis internasional.

"Jangan sampai perusahaan-perusahaan domestik lebih memilih bank Singapura nantinya," katanya.

Tidak ada kata lain, pemerintah juga harus menyiapkan SDM, membangun infrastruktur dan meningkatkan daya saing nasional. Sekaligus mempromosilkan AEC 2015 ke masyarakat karena banyak masyarakat belum mengetahuinya. (adm)

Pewarta: Adam Rizal
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011