Kairo (ANTARA News) - Kelompk Hamas yang menang dalam pemilihan umum di Palestina pada akhir Januari 2006 menyatakan kesiapannya untuk melakukan dialog dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (EU), asalkan tanpa syarat, menyangkut masalah perdamaian Israel-Palestina. "Hamas siap berdialog dengan AS dan UE tanpa didahului dengan syarat tertentu," kata Kepala Biro Politik Hamas, Khalid Maashal, dalam wawancaranya dengan harian Al-Hayat, Senin. AS dan UE, pendukung dana terbesar bagi Pemerintahan Palestina, saat ini menolak pemerintahan Hamas lantaran menilai faksi garis keras Palestina itu tidak mengakui eksistensi negara Israel. Bahkan, AS menarik kembali 50 juta dolar AS bantuannya kepada Palestina yang telah dicairkannya, akibat kemenangan Hamas dalam pemilihan legislatif, yang kini mengantarkan Ismail Haniya --yang anti-Israel-- selaku calon kuat menjadi Perdana Menteri (PM) Palestina. Mashaal merasa aneh mengapa AS dan UE menolak pemerintahan Hamas, setelah memenangkan pemilihan legislatif Palestina tersebut. Pernyataan Mashaal itu muncul setelah pernyataan Ismail Haniya, yang ditugasi Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk menjadi PM dan membentuk kabinet, kembali menegaskan bahwa Hamas tidak akan mengakui eksistensi negara Israel. "Hamas tidak akan mengakui Israel, namun sepakat melakukan gencatan senjata jangka panjang bersyarat," kata Haniya. Dalam kaitan ini, Haniya membantah pemberitaan surat kabar AS,Washington Post, yang mengutipnya bahwa seakan-akan Hamas akan mengakui Israel bila negara Yahudi itu telah menarik semua pasukannya daritanah pendudukan 1967 termasuk Jerusalem Timur. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006