"Mata uang Euro yang bergerak melemah terhadap dolar AS, dan sepertinya akan terus tertekan akibat hasil pertemuan Eropa yang kembali mengecewakan investor mendorong mata uang lainnya melemah termasuk rupiah," kata analis mata uang monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.
Ia mengemukakan, pelaku pasar keuangan masih meragukan hasil konperensi tingkat tinggi (KTT) Uni Eropa yang tidak berhasil mendapatkan komitmen dari seluruh 27 anggota dalam penyatuan aturan fiskal negara-negara anggotanya.
"Sebanyak 17 negara pengguna euro dan 6 negara Uni Eropa menyetujui penyatuan aturan disiplin fiskal sementara yang lain akan meminta persetujuan parlemen masing-masing terlebih dahulu," katanya.
Ia mengatakan, tidak adanya satu suara terhadap proposal penyatuan aturan untuk mendisiplinkan fiskal negara-negara Uni Eropa mengecewakan pelaku pasar.
Namun, ia menilai, sisi positifnya semua negara pemakai euro menyetujuinya dan Uni Eropa juga sepakat untuk menyediakan dana cadangan sebesar 200 miliar euro untuk dana moneter internasional (IMF) dalam membantu negara-negara bermasalah.
Selain itu, lanjut dia, Uni Eropa juga mempercepat pembentukan lembaga (bailout) permanen European Stability Mechanism (ESM) setahun di muka pada bulan Juli 2012. KTT UE juga membatalkan keterlibatan pihak swasta karena akan berakibat buruk pada pasar surat utang.
"Secara keseluruhan reaksi pasar beragam, ada yang positif ada pula yang skeptis, karena tidak adanya kejelasan mengenai penyelesaian krisis hutang Eropa secara permanen yang sedang terjadi di depan mata," katanya.
Kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada, Selasa (13/12) tercatat mata uang rupiah melemah ke posisi Rp9.090 dibanding sebelumnya Rp9.085.
(T.KR-ZMF/S025)
Editor: Luki Satrio
Copyright © ANTARA 2011