Jakarta (ANTARA News) - Revisi target pertumbuhan ekonomi yang dilakukan pemerintah Indonesia menjadi 6,5-6,7 persen memberikan sentimen negatif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Selasa.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Adrianus Bias mengatakan di Jakarta Selasa, sentimen negatif itu muncul seiring dengan potensi efek yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, di mana bursa kedua wilayah gagal meneruskan penguatannya dan ditutup melemah cukup signifikan.
"Hal ini setelah dua lembaga `rating`, yakni Moody`s dan Fitch Ratings menyatakan bahwa hasil pertemuan Uni Eropa akhir pekan lalu tidak cukup untuk menyelesaikan krisis utang di Eropa dan berpotensi memicu penurunan `rating` negara-negara Uni Eropa," terangnya.
IHSG sendiri Selasa ini diperkirakan akan turut dibuka terkoreksi seiring bursa regional. Beberapa saham yang menjadi penggerak indeks Senin (12/12), seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) serta saham-saham berbasis infrastruktur seperti sektor semen, konstruksi dan jalan tol diperkirakan akan mengalami tekanan aksi ambil untung (profit taking) Selasa ini.
"Support indeks berada pada level 3.750," ujarnya.
Pada pembukaan sesi I perdagangan Selasa ini, IHSG dibuka merosot 38,137 poin (1,01 persen) ke level 3.754,012. Sedangkan indeks saham unggulan LQ45 dibuka melemah 9,265 poin (1,38 persen) ke level 660,916.
Sementara harga komoditas dunia pada perdagangan semalam turut melemah dengan harga minyak turun ke level 97,8 dolar AS per barel, begitu juga dengan harga metal dunia seperti nikel turun 0,8 persen, timah anjlok 2 persen dan tembaga merosot 2,7 persen.
Untuk bursa Asia Selasa ini juga turut dibuka terkoreksi sekitar 1 persen, dengan memfaktorkan sentimen negatif dari bursa AS dan Eropa.
Senior Research HD Capital, Yuganur Wijanarko menjelaskan apabila terjadi koreksi akibat tekanan regional Amerika Serikat dan Eropa yang negatif, maka dapat dijadikan kesempatan untuk mengambil posisi "trading" jangka pendek.
"Beberapa saham yang layak dikoleksi antara lain saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Alam Sutera Tbk (ASRI)," tuturnya.
(IAZ/SSB/S004)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011