Bandarlampung (ANTARA News) - Taman Nasional Way Kambas menyebutkan telah terjadi tiga kali konflik antara gajah dan manusia di area penyangga hutan lindung itu.
"Konflik gajah dan manusia tidak menimbulkan korban jiwa, namun selama konflik itu terjadi, warga mengalami kerugian besar, karena perkebunan mereka dirusak oleh hewan itu," kata Kepala Balai TNWK Awen Pranata, di Bandarlampung, Selasa.
Menurut dia, gajah keluar dari kawasan karena hewan itu memiliki indra penciuman yang tajam. Setiap musim panen, hewan besar itu turun ke pemukiman penduduk dan melewati tanaman warga yang telah siap panen.
Untuk mengantisipasi konflik lebih meluas lagi, tahun depan, pihaknya akan menambah personel pamswakarsa sebanyak 200 orang, yang sebelumnya hanya berjumlah 60 orang.
"Diharapkan dari penambahan personel pamswakarsa itu, mampu menghalau gajah-gajah liar yang hendak turun ke pemukiman warga," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan normalisasi kanal dan membuat pronjongan atau tanggul-tanggul besar yang membatasi areal gajah dan pemukiman warga.
(ANT316)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011