Jakarta (ANTARA) - Antusiasisme peserta Sidang Kedua Kelompok Kerja Ekonomi Digital (2nd Digital Economy Working Group (DEWG) G20 Meeting) di Yogyakarta, terhadap batik cukup tinggi.
Delegasi asal Brazil Luciano Andrade menganggap bahwa batik mempunyai nilai budaya yang tinggi dengan berbagai motif yang sarat nilai. Menurut dia, batik secara umum nyaman digunakan karena motifnya sangat indah.
Baca juga: Sekjen Kominfo ajak delegasi berharmoni seperti permainan angklung
"Nanti sepulang dari DEWG di Yogyakarta, saya akan memberikan batik untuk keluarga dan teman-teman di Brazil," kata Andrade dikutip dari keterangan pers Kementerian Kominfo, Rabu.
Keinginannya semakin kuat karena setelah menggali lebih jauh terkait batik, makna dan nilai yang terkandung di setiap motifnya membuatnya jatuh cinta.
"Batik sangat menarik dan cocok digunakan untuk acara DEWG G20," tambahnya.
Andrade pun mengungkapkan tidak sabar untuk membeli berbagai motif batik Yogyakarta sebagai cenderamata untuk keluarga dan teman, di negara asalnya sekembalinya nanti.
Sementara itu, saat yang sama, penjaga stan batik di Hotel Tentrem, Kariya, mengungkapkan bahwa 90 persen delegasi DEWG sangat berminat dengan batik.
Beberapa di antaranya bahkan telah merencanakan dan memesan untuk dibawa pulang ke negara asal masing-masing.
Baca juga: Menkominfo: Program DTS-DLA 2022 cakup seluruh Indonesia
"Sejumlah delegasi asing seperti dari Brazil, Inggris Raya, Turki, Arab Saudi, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat sangat senang dengan batik," kata Kariya kepada Kominfo Newsroom di stand Batik, yang khusus disediakan selama gelaran 2nd DEWG di Hotel Tentrem Yogyakarta.
Senada dengan yang disampaikan Andrade, Kariya menyebutkan, sebagian besar alasan delegasi dari luar negeri menyukai dan antusias bertanya tentang batik tersebut karena motifnya yang unik dan menarik.
"Hampir semua delegasi DEWG dari luar negeri terkesan dengan batik," ujarnya.
Apresiasi terhadap penyelenggaraan
Lain lagi dengan delegasi asal Italia, Pietro Morandini, yang mengaku begitu terkesan dengan penyelenggaraan Sidang Kedua Digital Economy Working Group (DEWG) ini.
"Sangat berkesan dengan penyelenggaraan DEWG," kata Peitro.
Menurutnya, penyelenggaraan berjalan dan diatur dengan baik. Hal ini tercermin dari delegasi yang selalu mendapat panduan yang jelas dan disampaikan dengan ramah oleh penyelenggara. Kondisi ini diakuinya membuat delegasi merasa nyaman.
Para delegasi bisa berinteraksi satu sama lain dalam membahas sejumlah isu yang berkaitan dengan DEWG. Sehingga, kondisi rapat terasa hangat dan bersahabat.
Kenyamanan Pietro memberikan kesan mendalam. Padahal Ia dan beberapa rekannya baru pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Secara khusus, dirinya pun menyoroti keramahan masyarakat Indonesia dalam melayani setiap delegasi. Ciri khas itu, sangat melekat dalam ingatannya.
Sidang kedua DEWG berlangsung secara hibrida dari tanggal 17 sampai dengan 19 Mei 2022 di Hotel Tentrem Yogyakarta. Sebanyak 15 delegasi negara G20 hadir secara langsung di Yogyakarta.
Selain Indonesia, pertemuan ini dihadiri delegasi Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brazil, Prancis, Jerman, Inggris, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Turki, dan Uni Eropa.
Ada pun delegasi lima negara hadir secara daring antara lain Kanada, China, Meksiko, Afrika Selatan dan Rusia.
Forum DEWG Presidensi G20 Indonesia 2022 mengangkat tema "Achieving Resilient Recovery: Working Together for More Inclusive, Empowering, and Sustainable Digital Transformation".
Forum itu dihadiri oleh 16 negara anggota G20, 2 negara undangan yaitu Singapura dan Kamboja, serta perwakilan International Telecommunications Union (ITU) dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
Baca juga: Indonesia dorong lanjutan pembahasan konektivitas digital di DEWG G20
Baca juga: Kebutuhan talenta meningkat seiring transformasi digital nasional
Baca juga: Menkominfo apresiasi kehadiran delegasi DEWG G20
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022