Jakarta (ANTARA News) - Krisis ekonomi global yang kian tak menentu, terutama terimbas krisis utang Eropa, diperkirakan tidak akan terlalu mempengaruhi pertumbuhan bisnis perbankan nasional pada 2012.

Salah satu pendorong tetap baiknya pertumbuhan perbankan nasional tahun depan adalah berkat dukungan proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), kata Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Gatot M. Suwondo, di Jakarta, Senin.

"Kinerja perbankan akan lebih terdorong lagi apabila MP3EI berjalan secepatnya," ucap Gatot.

Ia juga menegaskan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh 6,5 persen tahun ini, sedangkan pada 2012 ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 6,4 hingga 6,7 persen.

"Ekonomi ke depan akan mendorong perbankan, di mana bank akan ikuti perkembangan sektor riil," katanya.

Ia menjelaskan, sektor perbankan hingga kuartal III-2011 telah menunjukkan fungsi intermediasinya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) yang meningkat signifikan dalam 10 tahun terakhir.

"Pada tahun 2000, LDR perbankan 35 persen, tapi kini LDR perbankan mencapai 81,36 persen di kuartal III-2011," ujarnya.

Pada kuartal III-2011, kredit perbankan tumbuh 25,3 persen year on year (yoy), dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 18,7 persen yoy. Menurut Gatot, penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit produktif yang pertumbuhannya 26 persen yoy, sedangkan kredit konsumsi tumbuh 23,7 persen yoy.

Pertumbuhan kredit produktif ditopang oleh kredit investasi yang pada kuartal III-2011 tumbuh 31,1 persen yoy dan kredit modal kerja naik 24 persen.

"Ini menunjukkan peran perbankan dalam mendorong usaha produktif. Juga bisa dilihat dengan lebih agresifnya membuka cabang untuk menjangkau masyarakat dan menyebabkan tingginya BOPO (beban operasional terhadap pendapatan operasional)," katanya.

Sementara itu, rasio kecukupan modal (CAR) berada di atas level minimum 8 persen, yakni mencapai 16,6 persen. Dari sisi kredit bermasalah (NPL) turun dari 2,96 persen menjadi 2,67 persen, dan "return on asset" (ROA) naik dari 2,9 persen menjadi 3,1 persen.

"Total modal juga meningkat 30 persen menjadi Rp301,3 triliun, yang ditopang laba operasional berjalan," katanya.
(T.KR-SSB)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011