Saat ini transisi energi merupakan isu prioritas. Pertamina telah memainkan peran penting dalam memimpin transisi industri energi Indonesia
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) akan menerapkan teknologi penangkapan dan pemanfaatan karbon atau carbon capture and utilization (CCU) di unit pengolahan Kilang Balikpapan yang berlokasi di Kalimantan Timur.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan penerapan teknologi itu merupakan salah satu inisiatif untuk mengurangi emisi karbon dari fasilitas kilang yang dimiliki oleh perseroan sekaligus menjadi solusi peningkatan produksi minyak dan gas bumi di era transisi energi.

"Saat ini transisi energi merupakan isu prioritas. Pertamina telah memainkan peran penting dalam memimpin transisi industri energi Indonesia," kata Nicke dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Pertamina menjalin kerja sama dengan Air Liquide untuk mengembangkan teknologi CCU di Kilang Balikpapan. Kesepakatan kerja sama itu diwujudkan dalam penandatanganan Joint Study Agreement (JSA) oleh Nicke Widyawati dengan Group CEO Air Liquide François Jackow di Paris, Prancis, Selasa (17/5/2022).

Dalam kerangka kerja sama itu, Pertamina dan Air Liquide akan melakukan studi bersama penerapan teknologi penangkapan syngas dan flue gas dari produksi hidrogen di area Kilang Balikpapan.

Emisi karbon dioksida yang telah ditangkap dengan teknologi itu akan dikompresi dan dialirkan ke area penyimpanan yang potensial di Cekungan Kutai, Kalimantan Timur, sebagai solusi untuk produksi hidrogen rendah karbon.

Sementara itu, sebagai hidrogen juga akan dikonversi menjadi produk bernilai tambah metanol yang selanjutnya dapat dicampurkan dengan bahan bakar minyak untuk produksi bahan bakar rendah karbon.

Pertamina menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen dan meningkatkan bauran energi terbarukan dari 9,2 persen pada 2019 menjadi 17,7 persen pada 2030.

Pada saat yang sama, Indonesia menjadi pemimpin pertemuan G20 dengan memprioritaskan transisi ke energi berkelanjutan sebagai salah satu isu utama.

Nicke berharap kerja sama itu akan mempercepat penerapan teknologi hijau dalam menyediakan energi rendah karbon sekaligus menjaga perubahan iklim global.

"Kami berharap dengan ditandatanganinya JSA antara Pertamina dan Air Liquide ini akan membawa dampak positif bagi percepatan implementasi teknologi rendah karbon serta penyediaan low carbon energy resilience di Indonesia," ujarnya.

Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada 2060. Beberapa aturan sedang disusun seperti National Determined Contribution (NDC) per sektor, nilai ekonomi karbon, dan pajak karbon.

Kementerian BUMN telah berkomitmen untuk memulai dekarbonisasi dan secara aktif memimpin agenda dekarbonisasi dengan tiga pilar inisiatif, reduce end-to-end emission, build adjacent businesses, dan explore step-out opportunities.

Menurut Pahala, inisiatif itu memiliki target agresif mengurangi sekitar 85 juta ton karbon dioksida per tahun atau berkontribusi sebesar 10 persen pada National Determined Contribution pada 2030.

Teknologi CCUS memungkinkan kilang Pertamina untuk membuat karbon dioksida yang tersedia baik untuk penyimpanan (CCS) atau penggunaan (CCU) dan mengintegrasikan sektor itu ke dalam ekonomi sirkular.

"Penerapan teknologi CCUS dapat meningkatkan produksi minyak dan gas sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan," kata Pahala.


Baca juga: Kemenperin dorong industri terus berkontribusi turunkan emisi karbon
Baca juga: Chevron dan Pertamina umumkan kerjasama dalam bisnis rendah karbon
Baca juga: Indonesia tingkatkan peran gas bumi selama masa transisi energi

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022