"Membangun kerja sama internasional di antara negara, kebudayaan dan agama berbeda sudah cukup berat. Kita harus melakukannya secara lembut, berhati-hati, dan bijaksana," kata Presiden.
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta dunia internasional untuk berlaku bijaksana dalam menjalin kerja sama dalam melawan terorisme sehingga upaya tersebut tidak justru menimbulkan ketegangan baru antarbangsa, penganut agama dan peradaban. "Membangun kerja sama internasional di antara negara, kebudayaan dan agama berbeda sudah cukup berat. Kita harus melakukannya secara lembut, berhati-hati, dan bijaksana," kata Presiden ketika membuka seminar internasional tentang pencegahan kejahatan yang diselenggarakan Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI) di Hotel Mulia, Jakarta, Senin. Yudhoyono mengingatkan perang melawan terorisme selain tentang akar dan penyebab, juga sebenarnya menyangkut `hati dan pikiran`, yang mengharuskan semua pihak untuk tidak hanya memajukan kebebasan, tetapi juga meningkatkan toleransi. "Saya kadang-kadang melihat terlalu banyak penekanan tentang kebebasan, sementara terhadap toleransi tidak," kritiknya. Para pemimpin setiap negara maupun rakyatnya harus mengambil bagian dalam memperjuangkan nilai-nilai toleransi serta menghormati perbedaan. "Karena itu, penting bagi kita untuk selalu menghapuskan perbedaan artifisial antara dunia Barat dan dunia Islam," kata Kepala Negara. Semua pihak, ujarnya, juga harus berupaya tidak hanya mengalahkan kelompok-kelompok teroris, tetapi juga lebih mempererat hubungan satu negara dengan yang lainnya dengan stabilitas, perdamaian dan kerjasama yang lebih berat. Ia menganggap setiap negara juga perlu merumuskan komitmen politik dalam memerangi terorisme ke langkah-langkah yang lebih konkret. Kepala Negara mengatakan bahwa dirinya melihat masih banyak kesepakatan yang dibuat baik dalam kerangka regional maupun internasional yang belum dilaksanakan. Yudhoyono juga menyebut beberapa hal lain yang harus diingat dalam upaya memerangi terorisme, yaitu memperhitungkan faktor-faktor lokal, seperti konflik internal, masalah HAM, serta marjinalisasi ekonomi dan sosial. Di bagian lain sambutannya, Presiden Yudhoyono mengingatkan perlunya penguatan kerja sama internasional dalam memerangi terorisme karena makin canggihnya para teroris dalam melakukan aksi-aksinya. "Tantangan kita semua saat ini adalah bagaimana memajukan kerja sama yang penuh kebersamaan, terus menerus, mudah dicerna, dan yang paling penting, efektif," tambahnya. Sementara itu, menurut Presidium Ketua LCKI, Da`i Bachtiar, seminar internasional tersebut diikuti oleh 500 peserta yang berasal dari 45 negara. Seminar yang berlangsung dua hari itu menampilkan sebagai pembicara antara lain Menlu Australia Alexander Downer, Kapolri Jenderal Sutanto, dan Kepala Kepolisian Australia (AFP), Mick Keelty.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006