Langkah pemerintahan Joe Biden ini membalikkan perintah mantan presiden Donald Trump yang dikeluarkan pada hari-hari terakhir masa jabatannya untuk menarik seluruh personel militer AS dari Somalia yang berjumlah kurang lebih 750 personel.

Washington (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyetujui rencana untuk mengerahkan kembali pasukan AS ke Somalia guna melawan kelompok ekstremis al-Shabab, demikian diumumkan Gedung Putih pada Senin (16/5).

Ditarik dari pasukan-pasukan yang sedang ditugaskan di Afrika, kurang dari 500 pasukan AS akan ditempatkan kembali di Somalia untuk menunjukkan "kehadiran militer AS yang kecil dan gigih" di negara Afrika bagian timur itu, kata seorang pejabat senior pemerintahan dalam sebuah konferensi pers, yang berbicara secara anonim di bawah aturan dasar yang ditetapkan Gedung Putih.

Langkah pemerintahan Joe Biden ini membalikkan perintah mantan presiden Donald Trump yang dikeluarkan pada hari-hari terakhir masa jabatannya untuk menarik seluruh personel militer AS dari Somalia yang berjumlah kurang lebih 750 personel.

Sejak Biden menjabat sebagai presiden, pasukan AS menunaikan tugas mereka di negara yang hancur akibat perang tersebut dengan sistem rotasi, suatu dinamika yang kini dianggap oleh pemerintah negara tersebut tidak memadai dalam mengatasi ancaman teroris yang ditujukan kepada warga AS di kawasan itu.

"Al-Shabab memanfaatkan ketidakstabilan dan politik yang terpecah-belah di Somalia untuk menjadi, sebagaimana yang saya tunjukkan, afiliasi global terbesar dan paling kaya bagi al-Qaeda," kata pejabat tersebut melalui sambungan telepon dengan awak media. "Sayangnya, kami telah melihat bukti-bukti nyata dari tujuan dan kemampuan al-Shabab untuk menargetkan warga Amerika di kawasan tersebut."

Pejabat itu mengatakan bahwa keputusan Trump untuk menarik pasukan AS di Somalia memunculkan "risiko yang tinggi dan tidak perlu" bagi pasukan AS yang masuk ke atau keluar dari negara tersebut, dengan menyatakan bahwa pengerahan kembali ini merupakan "langkah yang merasionalisasi apa yang sebenarnya merupakan argumen irasional."

Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022