Malang (ANTARA News) - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah, menerima gelar Doktor Kehormatan di bidang Manajemen Pendidikan Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim (Maliki), Malang, Sabtu.
Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim, Prof Imam Suprayogo mengatakan, gelar itu sudah lama direncanakan akan diberikan kepada Gus Sholah, namun baru hari ini penganurahan bisa dilakukan dalam Rapat Senat Terbuka UIN Maliki.
Imam menjelaskan, terbenturnya pemberian gelar karena pihak UIN harus terlebih dahulu memenuhi sejumlah aturan pemerintah, diantaranya, kampus yang memberikan gelar doktor harus memiliki program doktor dan sudah pernah meluluskan sejumlah doktor.
"Dan, Alhamdulillah UIN Malang sudah mempunyai gelar doktor, sehingga bisa memberikan gelar Doktor Kehormatan kepada Gus Sholah," katanya.
Menurut Imam, Gus Sholah merupakan sosok pimpinan pondok yang rendah hati, meski semua orang sudah jelas bisa melihat prestasinya melalui pengembangan Pondok Pesantren Tebuireng.
Oleh sebab itu, gelar Doktor Kehormatan yang diberikan UIN Maliki sudah sangat layak, sebab sumbangsih Gus Sholah dalam pengembangan Pondok Pesantren Tebuireng ditengah kemajuan zaman cukup banyak.
Imam menjelaskan, Gus Sholah merupakan orang pertama yang menerima gelar Doktor Kehormatan dari UIN Maliki, sebab selama UIN berdiri, belum pernah memberikan gelar tersebut kepada siapa pun.
Sementara itu Gus Solah mengaku, bahwa dirinya sebenarnya tidak pantas menerima penganugerahan Doktor Kehormatan, karena sangat berat tanggungjawabnya.
"Gelar ini adalah sebuah kehormatan dan merupakan penghargaan tertinggi, tapi saya merasa masih belum pantas mendapatkan penghargaan ini, oleh karena itu semoga bisa mengembannya dengan baik terutama dalam menjaga pendidikan pesantren di Indonesia," katanya.
Sedangkan dalam orasinya, Gus Sholah menyampaikan judul "Transpormasi Pesantren Tebuireng Menjaga Tradisi di Tengah Tantangan".
"Artinya, tantangan pesantren ke depan akan semakin berat, dan apabila tidak kuat akan hilang ditelan zaman, oleh karena itu harus mampu melahirkan pemimpin yang bermoral dan memberikan karakter kuat," katanya.
(ANT-162/K005)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011