Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengajak seluruh elemen bangsa untuk merawat penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sebagai upaya memaksimalkan ketahanan nasional dalam menghadapi krisis global.

Menurut Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, krisis global tidak hanya menimbulkan penderitaan, tetapi juga menyadarkan manusia mengenai keberadaan kekuatan nasional untuk mencapai kembali pembangunan, yakni melalui penguatan ketahanan nasional dengan meningkatkan mutu peradaban dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila secara mendalam.

"Dengan kata lain, sabuk pengamanan ketahanan nasional bersumber dari kemampuan kita merawat nilai-nilai Pancasila di jantung masyarakat. Sementara itu, titik kerawanan nasional ditimbulkan oleh tergerus-nya nilai-nilai Pancasila dalam hampir seluruh ranah pembangunan," ujar dia.

Bamsoet mengemukakan hal tersebut saat melantik pergantian antar-waktu (PAW) anggota MPR RI Siti Nurizka Puteri Jaya, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (17/5).

Di samping itu, Bamsoet juga menyampaikan perihal pemulihan ekonomi nasional akibat salah satu krisis global, yakni pandemi COVID-19.

Baca juga: Lestari: Langkah antisipasi dampak krisis global harus dipercepat

Baca juga: Kadin terus koordinasi dengan pemerintah antisipasi krisis global

Menurutnya, perekonomian Indonesia pada saat mudik bisa menjadi inspirasi bagi pemerintah dalam menata ulang perekonomian nasional yang sedang mengalami perputaran balik setelah mengalami resesi akibat pandemi COVID-19.

Ia mengatakan dana pemudik pada tahun 2022 ini diperkirakan mencapai Rp258 triliun atau tiga kali lipat dibandingkan sebelum tahun 2019.

Dana tersebut, kata dia, menjadi daya ungkit yang luar biasa dalam menggerakkan ekonomi daerah, mendongkrak penjualan makanan dan minuman, penggunaan penginapan, kunjungan ke pusat perbelanjaan, serta menggairahkan pariwisata.

"Dengan demikian, perekonomian berputar lebih merata dan mendatangkan momentum pertumbuhan yang lebih berkualitas," lanjut Bamsoet.

Meskipun begitu, ia mengingatkan agar semua pihak tetap mewaspadai situasi dan kondisi perekonomian yang masih penuh tantangan, seperti persoalan inflasi.

Bamsoet mengatakan data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi hingga April 2022 mencapai 2,15 persen atau meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan inflasi periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,58 persen.

Ia menyampaikan salah satu hal yang memicu kenaikan inflasi tersebut adalah kenaikan komoditas energi dan bahan makanan yang masing-masing mencapai 3,91 persen dan 4,01 persen.

"Inflasi ibarat lubang hitam yang siap menelan kesejahteraan. Inflasi yang tinggi menjadikan nilai uang yang dihasilkan dengan susah payah oleh para pekerja tidak lagi berarti karena ketika dibelanjakan, nilainya merosot meskipun secara nominal bertambah," ujar Bamsoet.

Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia membutuhkan pengendalian inflasi yang baik untuk memastikan pertumbuhan ekonomi secara optimal.

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022