Namun di sisi lain, KSP juga menyebut memang terjadi kenaikan harga bahan pokok yang dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global.
”Meski terjadi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, namun dari sisi demand, konsumsi rumah tangga justru tumbuh, yakni sebesar 4,34 persen secara tahunan (year on year), atau jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2021 sebesar 3,55 persen (year to year),” kata Edy di Jakarta, Selasa.
Baca juga: KSP: KTT ASEAN-AS beri dampak positif bagi Indonesia
Pernyataan tersebut Edy sampaikan terkait permasalahan harga kebutuhan pokok di pasar domestik, yang menurut Survei Indikator Politik pada Minggu (17/5), telah menurunkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Edy mengklaim kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh kebijakan pemerintah dalam melonggarkan mobilitas masyarakat, seiring dengan pandemi yang terkendali dan percepatan vaksinasi COVID-19.
“Dan yang harus dicatat, juga karena percepatan penyaluran perlindungan sosial untuk memberikan dorongan bagi penguatan daya beli masyarakat,” ucapnya.
Namun ia mengingatkan, penguatan konsumsi rumah tangga juga dapat berkontribusi pada meningkatnya inflasi. Pada April 2022, inflasi tercatat sebesar 0,95 persen secara bulanan (month to month) atau 3,47 persen secara tahunan (year to year).
"Tingginya inflasi tersebut juga bertepatan dengan momen Ramadhan 2022 yang secara siklus memang terjadi peningkatan permintaan," jelasnya.
KSP masih optimistis perekonomian Indonesia ke depan akan tetap kuat karena pemerintah terus berkomitmen mengakselerasi vaksinasi COVID-19, memperluas pembukaan sektor-sektor ekonomi, dan memberikan berbagai stimulus berupa bantuan-bantuan sosial kepada masyarakat.
Terkait kenaikan harga bahan-bahan pokok, menurut Edy, tidak terlepas dari situasi global seperti masih terjadinya pandemi COVID-19, konflik Rusia-Ukraina, normalisasi kebijakan negara-negara maju, hingga perubahan cuaca.
Oleh karena ketidakpastian global itu, harga berbagai komoditas di pasar global naik, termasuk bahan pangan dan energi yang akhirnya memicu kenaikan harga di banyak negara.
“Jika kondisi ini terus berkelanjutan bisa menyebabkan terjadinya peningkatan inflasi, penurunan daya beli masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi, serta memberi tekanan fiskal mengingat APBN banyak digunakan untuk menyediakan dukungan bantalan sosial bagi masyarakat, khususnya kelompok tidak mampu,” kata Edy.
Selain itu, kebijakan moneter negara-negara maju juga telah menekan pasar keuangan. Hal ini dapat berimbas pada fluktuasi nilai tukar rupiah dan juga potensi meningkatnya suku bunga di pasar keuangan.
Edy memastikan pemerintah akan terus mengoptimalkan APBN untuk menyediakan bantuan sosial guna mengurangi dampak dari ketidakpastian global ke masyarakat khususnya kelompok tidak mampu.
Lembaga survei Indikator Politik, Minggu (16/5), mengungkapkan survei yang menyebutkan bahwa kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menurun enam persen menjadi 58,1 persen. Penurunan tersebut terjadi selang sebulan dari survei terakhir yang menyatakan kepuasan publik sebesar 64,1 persen. Penurunan drastis itu disebut karena kenaikan harga bahan-bahan pokok.
Baca juga: Presiden Jokowi intruksikan Pj Gubernur Babel membenahi tambang timah
Baca juga: Presiden Jokowi ucapkan selamat Hari Raya Waisak
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022