London (ANTARA News) - Dubes RI untuk Republik Federal Jerman, Dr. Eddy Pratomo menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia dan Jerman membangun kemitraan strategis.

Hal ini disampaikan Dubes RI dalam refleksi hasil kunjungan Presiden Republik Federal Jerman, Christian Wulff ke Indonesia pada tanggal 30 November-2 Desember lalu, demikian Counsellor Fungi Pensosbud KBRI Berlin, Ayodhia GL Kalake dalam keterangannya yang diterima kepada ANTARA London, Sabtu.

Dikatakannya kunjungan ini merupakan kunjungan balasan atas undangan Presiden Indonesia, dan semakin memperkokoh hubungan kedua negara meyongsong peringatan 60 tahun hubungan bilateral Indonesia-Jerman, tahun 2012.

Langkah menuju kemitraan strategis ini merupakan respon terhadap peningkatan hubungan antara Indonesia-Jerman di berbagai bidang belakangan ini.

Di bidang ekonomi dan perdagangan, hubungan bilateral Indonesia-Jerman terus menunjukkan tren peningkatan. Neraca perdagangan RI-Jerman bulan Januari - Agustus 2011 sekitar 4,59 milyar dollar AS dengan perincian ekspor Indonesia sebesar 2,33 milyar dollar AS dan impor Indonesia sebesar 2,26 dolar AS miliar.

Terjadi peningkatan neraca perdagangan bilateral bila dibandingkan dengan neraca perdagangan tahun 2009 sebesar 4,70 milyar dollar AS dan pada 2010 sebesar 5,99 milyar.

Menurut Eurostat, nilai perdagangan Indonesia-Jerman tahun 2010 merupakan yang tertinggi dibanding angka perdagangan Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa lainnya.

Di sisi investasi, saat ini volume investasi Januari-September 2011 sebesar 157,6 juta dollar AS dengan 48 proyek. Angka tersebut menempatkan Jerman pada peringkat ketujuh negara yang melakukan investasi di Indonesia, atau negara Uni Eropa kedua terbesar kedua setelah Inggris.

Selain itu, jumlah wisatawan Jerman ke Indonesia terus meningkat, yaitu sekitar 138.000. Disisi lain, Jerman tetap merupakan salah satu tujuan utama mahasiswa Indonesia untuk menimba ilmu, khususnya di bidang IPTEK.

Saat ini terdapat peningkatan mahasiswa Indonesia yang belajar di Jerman. Disamping itu, bermacam produk dan teknologi asal Jerman sudah banyak digunakan di Indonesia.

Dalam bidang lain, hubungan Indonesia-Jerman juga menunjukkan peningkatan. Kedua negara secara rutin menyelenggarakan dialog antar-agama dan antar budaya, forum konsultasi reguler dan pemberian beasiswa baik bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di Jerman, maupun sebaliknya.

Kerangka dialog antar-agama dan antar-budaya, Indonesia menawarkan 10 beasiswa bagi mahasiswa Jerman untuk belajar kajian Islam di Indonesia, sebaliknya pihak Jerman menawarkan pelatihan kejuruan bagi santri madrasah di Indonesia.

Masih di bidang pendidikan, saat ini tengah dibahas debt-swap di bidang pendidikan. Debt-swap bilateral ke-7 ini dialokasikan untuk membiayai pendidikan program doktor bagi dosen-dosen Indonesia guna melanjutkan pendidikan tingkat S-3 ke Jerman.

Jumlah hutang Indonesia yang akan dialihkan sebesar sembilan juta Euro dan sebagai awal Indonesia akan mengirim lebih dari 230 dosen beberapa perguruan tinggi Indonesia dalam lima tahun mulai 2012.


Makna Kemitraan Strategis

Menjelang perayaan 60 tahun hubungan bilateral RI-Jerman pada tahun 2012 nanti, Dubes Eddy Pratomo yakin bahwa kedua Negara dapat terus meningkatkan kerja sama di berbagai bidang.

Dikatakannya RI dan Jerman sedang dalam tahap pembicaraan instensif untuk merealisasikan berbagai kerja sama, antara lain di bidang pendidikan, pertahanan, kepolisian, konsuler, ekonomi dan sosial-budaya.

Menurut Dubes, salah satu upaya untuk memberi makna konkrit bagi rakyat Indonesia dalam kemitraan strategis antara Indonesia dan Jerman, saat ini sedang difinalisasi upaya mempermudah pengajuan visa schengen bagi WNI yang akan berkunjung ke Jerman. Hal ini, guna meningkatkan hubungan bisnis dan perdagangan, selain people-to-people contacts antara kedua negara.

Dalam pertemuan antara Presiden RI dan Presiden Jerman di Istana Negara tanggal 1 Desember lalu, Presiden RI mengidentifikasi lima bidang kerja sama yang menjadi prioritas kemitraan strategis antara Indonesia dan Jerman, yaitu perdagangan dan investasi, riset dan teknologi, kedokteran, pendidikan dan pertahanan.

Tantangan bagi kedua negara saat ini adalah menerjemahkan arahan dari kedua presiden tersebut, menjadi suatu dokumen kemitraan strategis, yang didukung oleh proyek-proyek konkrit, yang bermanfaat bagi rakyat kedua negara.

Untuk itu, Indonesia dan Jerman akan segera membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari pemuka masyarakat kedua negara. Kelompok yang dinamai German-Indonesia Advisory Group ini merupakan jalur kedua (second-track) diplomasi, dan diberi mandat untuk memberikan masukan kepada pemerintah kedua negara, mengenai kemitraan strategis tersebut.

Langkah-langkah menuju kemitraan Indonesia-Jerman juga dibahas dalam pertemuan antara Menlu RI, Dr. Marty Natalegawa dan Menlu Jerman, Dr. Guido Westerwelle, di sela-sela Konferensi Internasional tentang Afghanistan di Bonn, 5 Desember lalu.

Pada kesempatan tersebut, Menlu RI juga menyampaikan undangan kepada Menlu Jerman untuk mengunjungi Indonesia pada tahun 2012. Hal ini melengkapi undangan Presiden RI kepada Kanselir Angela Merkel untuk berkunjung ke Indonesia tahun 2012, yang disampaikan saat kunjungan Presiden Jerman di Indonesia.

Dubes Dr. Eddy Pratomo optimis Indonesia dan Jerman akan dapat menjalin hubungan kemitraan yang konstruktif dan bermanfaat bagi kedua bangsa. Pada gilirannya diharapkan kemitraan strategis antara Jerman sebagai negara terbesar di Eropa dan Indonesia negara terbesar di Asia Tenggara juga dapat dapat menjadi landasan dan inti peningkatan hubungan antara ASEAN dan Uni Eropa. (ZG)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011