Hanoi, Vietnam (ANTARA) - Pesilat Indonesia Ronaldo Neno gagal menyabet medali emas SEA Games Vietnam 2021 setelah kalah 42-49 dari atlet tuan rumah Nguyen Duy Tuyen pada final kelas H 80-85 Kg putra di Bac Tu Liem Gymnasium, Hanoi, Vietnam, Senin.
Kegagalan Ronaldo ini diikuti Muhamad Yachser Arafa dan M. Khoiruddin Mustakim yang juga kalah dalam final hari ini.
Ronaldo masuk arena dengan memikul beban mengingat tim pencak silat Indonesia banyak kehilangan pundi-pundi emas sejak kompetisi itu digelar 12 Mei lalu.
Dari target empat medali emas, Indonesia baru mendapatkan satu medali emas dari nomor pasangan seni putri sehingga Ronaldo menjadi tambatan terakhir emas pada hari terakhir kompetisi ini.
Ronaldo berusaha tenang dalam menghadapi atlet tuan rumah yang mendapatkan dukungan penuh seisi stadion.
Pada babak pertama, Ronaldo langsung menyerang tetapi lawan tak mau menyerah begitu saja dengan meladeni serangan Ronaldo.
Baca juga: Rifda kembali sumbang medali emas senam artistik
Jual beli pukulan tak terelakkan sehingga kedua pesilat saling mengejar poin tapi lawan lebih unggul. Kesengitan berlanjut pada babak kedua, tapi lawan tetap unggul.
Pada dua menit terakhir dalam babak penentuan, Ronaldo tertinggal 35–23. Dia berusaha mengejar dengan melepaskan tendangan, pukulan dan sesekali berusaha membanting lawan, serta tak jarang mengejar lawan agar secepatnya mendapatkan poin mengingat waktu terus menipis.
Namun lawan seperti membaca tekanan mental yang dirasakan Ronaldo sehingga balas melancarkan serangan.
Saat waktu tersisa 40 detik, Ronaldo tertinggal 35-46. Kondisi ini semakin menyulitkannya, sementara lawan semakin di atas angin dan akhirnya menutup pertarungan dengan kemenangan 49-42. Bahkan satu bantingan Ronaldo justru berbalik menjadi keuntungan lawan.
Kegagalan Ronaldo ini membuat tim silat Indonesia hanya mengemas satu emas, empat perak, dan tiga perunggu, atau gagal memenuhi target empat medali emas.
Pelatih pencak silat tim nasional Indonesia Indro Catur Haryono mengatakan banyak faktor yang menyebabkan atlet gagal meraih emas, salah satunya faktor nonteknis seperti kepemimpinan wasit.
Baca juga: Senam artistik sumbang tiga medali SEA Games
"Atlet sudah berjuang maksimal, dan itulah hasil akhirnya. Kami tidak dapat menyalahkan atlet, semua menjadi tanggung jawab pelatih karena mereka sudah memberikan yang terbaik," kata dia.
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia Bayu Syahjohan mengatakan kegagalan tim dalam mencapai target ini disebabkan banyak faktor.
Di satu sisi, Indonesia bangga pencak silat kini diminati oleh negara-negara di Asia Tenggara lain bahkan membuat semakin percaya diri meloloskan cabang olahraga asal Indonesia ini sebagai nomor eksibisi dalam Olimpiade Paris 2024.
Di sisi lain, Indonesia yang dianggap raksasa pencak silat menjadi musuh bersama yang tersirat oleh keberpihakan wasit atau konspirasi dari negara-negara peserta untuk menjegal atlet Indonesia.
"Kami tidak bisa menyebutkan tapi dapat merasakannya secara tersirat," kata dia.
Kegagalan Indonesia dalam pencak silat SEA Games 2021 menjadi catatan tersendiri mengingat dalam Asian Games 2018 justru menyumbangkan 14 medali emas.
Baca juga: Agustina selamatkan perak 800m putri dari himpitan dua negara
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2022