Ketika menjelaskan hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah di Jakarta Kamis mengatakan, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat terkait dengan masih tingginya ketidakpastian penyelesaian masalah utang dan fiskal di Eropa dan AS.
Namun, untuk tahun 2013, ekonomi tumbuh meningkat ke kisaran 6,4 persen-6,8 persen seiring perkiraan akan membaiknya kembali ekonomi global.
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2011, BI memperkirakan tumbuh sebesar 6,5 persen, sehingga pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2011 diperkirakan mencapai 6.5 persen.
Di sisi harga, Dewan Gubernur BI memperkirakan inflasi di 2012 dan 2013 dapat diarahkan pada kisaran sasarannya, yaitu 3,5 - 5,5 persen.
Terkait hal ini, penurunan suku bunga BI Rate yang telah ditempuh BI selama ini diharapkan mampu memberikan stimulus pada perekonomian. Dewan Gubernur tetap mewaspadai beberapa faktor risiko terhadap keseimbangan ekonomi makro indonesia, termasuk dampak dari pemburukan ekonomi global.
Sebelumnya, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level enam persen didasarkan pada evaluasi menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini, beberapa faktor risiko yang masih dihadapi, dan prospek ekonomi ke depan.
Difi mengatakan Dewan Gubernur BI memandang level BI Rate saat ini masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi kedepan, dan tetap kondusif untuk menjaga stabilitas keuangan serta mengurangi dampak memburuknya prospek ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia.
"Evaluasi terhadap kinerja dan prospek perekonomian secara umum menunjukkan bahwa perekonomian domestik masih tetap kuat dengan stabilitas yang tetap terjaga," katanya.
Sementara itu, pengamat ekonomi Ryan Kiryanto menilai keputusan BI mempertahankan BI rate enam persen itu adalah tepat, karena inflasi ke depan cenderung naik, walau akhir tahun inflasi berkisar 4,4 persen.
BI rate yang tidak berubah diharapkan juga dapat mengantisipasi tekanan eksternal terkait krisis ekonomi di Eropa dan menjaga agar rupiah tidak terlalu melemah terhadap dolar AS.
(D012/A011)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011