Jakarta (ANTARA News) - Pihak Istana Presiden menyayangkan aksi bakar diri yang dilakukan di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu petang.

"Dengan kesadaran dan motif apa pun, kami menyayangkan peristiwa itu dan berharap itu akan menjadi peristiwa terakhir yang kita lihat dalam masa hidup kita," kata Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa dalam pesan singkatnya yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.

Ia menilai demokrasi harus memuliakan keadaban yang di antaranya datang dari moralitas agama dan kemanusiaan.

"Kami mendorong semua warga negara menjauhkan kekerasan, termasuk terhadap diri sendiri," katanya.

Kebebasan berpendapat dan berbagai bentuk kemerdekaan berekspresi, menurut dia, hendaknya digunakan untuk membangun tradisi yang di antaranya juga menyertakan kewajiban dan tanggung jawab untuk memajukan kehidupan bersama.

"Kami secara mendalam menyatakan rasa simpati dan sekaligus keprihatinan atas aksi itu," katanya.

Menurut dia, pusat perhatian Presiden Yudhoyono saat ini adalah memastikan bahwa semua usaha menyelamatkan nyawa yang bersangkutan bisa dilakukan secara maksimal.

"Kami berpandangan bahwa setiap kehidupan mahluk adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak seorang pun boleh kita biarkan menyia-nyiakan anugerah itu," katanya.

Sementara itu Kapolres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Angesta Romano Yoyol membenarkan bahwa seorang pria melakukan aksi bakar diri di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Ia mengatakan bahwa pria itu tiba-tiba saja berlari seorang diri dengan tubuh penuh kobaran api ke arah Istana Merdeka.

Menurut dia, petugas kepolisian di lokasi segera menolong memadamkan api namun yang bersangkutan telah mengalami luka bakar yang cukup parah.

Saat ini, pria tersebut telah menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Sementara itu saat peristiwa itu terjadi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang berada di Bali untuk membuka Forum Demokrasi Bali (BDF) 2011.
(G003)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011