Jerusalem (ANTARA News) - Israel, Minggu, menyambut baik dengan hati-hati pernyataan bakal perdana menteri Palestina bahwa Hamas siap mengakui negara Yahudi itu jika Palestina diberikan hak penuh dan sebuah negara di daerah-daerah yang diduduki. Hamas memilih Ismail Haniyeh, warga Gaza yang berusia 43 tahun yang dianggap banyak warga Palestina sebagai seorang yang pragmatis, sebagai perdana menteri baru setelah kemenangan kelompok itu dalam pemilu 25 Januari. Kelompok itu mengharapkan akan merampungkan pembentukan sebuah pemerintah Palestina dalam dua pekan. "Jika Israel menyatakan bahwa negara itu akan memberikan rakyat Palestina sebuah negara dan mengembalikan semua hak mereka, maka kami siap mengakui mereka," kata Haniyeh dalam wawancara dengan suratkabar Washington Post yang disiarkan di situsnya, seperti dilaporkan Reuters. Haniyeh mengatakan Hamas, yang piagamnya menyerukan penghancuran Israel, siap mempertimbangkan perundingan jika negara Yahudi itu mundur dari Tepi Barat dan Jerusalem Timur dan mengakui "Hak untuk pulang" bagi pengungsi Palestina yang melarikan diri, atau dipaksa untuk pergi, dalam perang tahun 1948 dan keturunan mereka. Menanggapi pernyataan itu, menteri kabinet Israel Meir Sheetrit mengemukakan kepada Radio Militer Israel: "Saya ingin mereka mengubah sikap mereka... Mereka (Hamas) mulai berbicara dengan bahasa yang lain." Jika Hamas menyetujui syarat-syarat Israel untuk mengakui Israel dan menghentikan aksi kekerasan," kami tidak ingin berbicara yang menyusahkan dengan Hamas, dan untuk mencapai satu penyelesaian," kata Sheetrit. Hamas menolak berunding dengan negara Yahudi itu tapi mengisyaratkan kesediaannya untuk menyetujui perjanjian perdamaian dengan Israel, setelah ancaman-ancaman yang dipimpin AS menghentikan dana penting untuk Palestina kecuali Hamas mengubah sikapnya. Israel mundur dari Jalur Gaza September lalu setelah 38 tahun mendudukinya tapi berikrar akan mempertahankan Jerusalem Timurdan permukiman-permukiman besar Tepi Barat dan tidak akan pernah mengizinkan jutaan warga Palestina di luar negeri memasuki Israel. Israel merebut Tepi Barat dan Jerusalem Timur dalam Perang Timur Tengah tahun 1967. (*)
Copyright © ANTARA 2006