"Penetrasi layanan suara dan SMS semakin menurun, sedangkan layanan data memasuki tahap pertumbuhan yang signifikan," kata Direktur Eksekutif Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI), Kamilov Sagala, dalam diskusi akhir tahun 2011 dengan tajuk "Re-Thinking Data Services: Understanding Consumer Insight" di Jakarta, Rabu.
Dalam sejumlah riset yang dipaparkan para analis, pendapatan layanan data industri telekomunikasi di Indonesia tahun 2011 ini diperkirakan mencapai 3,4 miliar dolar AS.
Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun (Coumpound Annual Growth Rate/CAGR) mencapai 18,9 persen, pendapatan dari data di 2014 diprediksi bisa mencapai 5,74 miliar dolar AS.
Angka itu semakin mendekati pendapatan suara yang diprediksi mencapai 6,41 miliar dolar AS dengan CAGR 2,93 persen.
Sementara itu Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) mencatat pengguna layanan data di Indonesia baru 30 persen terhadap penetrasi SIM Card yang mencapai 240 juta kartu atau sekitar 72 juta pelanggan.
"Dengan peluang yang begitu besar, layanan data yang terus tumbuh akan menjadi mesin uang baru bagi operator jika berhasil memenuhi ekspektasi pelanggan, yang menjadi kunci dari segala keberhasilan layanan," kata Kamilov.
Sementara itu Director Sales AXIS Syakieb A Sungkar mengatakan layanan data AXIS telah tersedia dalam paket-paket unlimited yang fleksibel dan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
"Axis tidak berhenti menyediakan layanan pelanggan dengan sistem multi-channel, AXIS juga terus membangun infrastruktur dan jaringannya termasuk mengimplementasikan teknologi HSPA yang menawarkan akses data dengan kecepatan yang lebih mumpuni," ujarnya.
Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Deputy CEO Commercial Smartfren Djoko Tata Ibrahim, Smartfren sangat memahami perubahan bentuk komunikasi mayoritas masyarakat Indonesia yang kian mengandalkan komunikasi data untuk menunjang produktivitas sehari-hari.
Sementara itu VP Marketing Communication Ericsson Indonesia, Hardyana Sintawati mengatakan layanan data lewat mobile broadband yang ditawarkan oleh 10 operator menjadi primadona karena minimnya ketersediaan infrastruktur fixed broadband di Indonesia.
"Saat pelanggan mulai masuk dalam fenomena `talking less and tweeting more` tuntutan akan mobile broadband terus tumbuh dan menjadikannya sebagai area revenue baru operator," kata Hardyana.
Ia berpendapat yang menjadi tantangan adalah bagaimana menemukan formula yang tepat agar mobile broadband bisa tumbuh jadi profit.
Ericsson yang merupakan penyedia jaringan telekomunikasi sendiri diutarakan Hardyana menawarkan sejumlah formula agar bisnis ini saling menguntungkan bagi operator dan juga pelanggan.
"Agar bisa membuat pelanggan nyaman, kita harus terlebih dulu mengetahui apa saja yang menjadi keinginan pelanggan dengan data-data yang mereka miliki. Ini seperti tambang emas, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya saja," ujar Hardyana.
(R017)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011