Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, kenaikan harga minyak mentah dunia dapat mempengaruhi angka pertumbuhan ekonomi sehingga harus diantasipasi dengan berbagai langkah di bidang ekonomi.
"Ya kalau harga minyak tinggi di dunia, itu berpotensi untuk memperlambat pertumbuhan di dunia, apalagi negara-negara bukan penghasil. Kita bersyukur masih menjadi negara penghasil, walaupun masih membeli sebagian," kata Hatta Rajasa di Kompleks Istana Presiden Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan harga minyak mentah yang tinggi akan merugikan negara namun di sisi lain menguntungkan perusahaan minyak multinasional.
"Tapi harga yg tinggi itu merugikan kita, merugikan negara negara seperti kita, menguntungkan multi national corporation saja," katanya.
Oleh karena itu, kata Hatta, Presiden Yudhoyono meminta menteri-menteri ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu II terus mengamati dan mengantisipasi kenaikan harga minyak mentah.
"Yang namanya minyak selalu tidak menentu, harganya selalu tidak menentu. Kita sulit memprediksi, apalagi kadang-kadang harga minyak itu tidak mencerminkan fundamental supply and demand, tapi lebih didorong spekulasi, dipermainan komoditi. Nah ini yang mengakibatkan harga selalu berada pada tingkat yang tinggi," katanya.
Sebelumnya, di depan penerima penghargaan ketahanan pangan di Istana Negara Jakarta, Selasa, Presiden Yudhoyono mengatakan saat ini harga minyak mentah dunia akan cenderung tinggi dan semua pihak harus mewaspadainya.
"Harga minyak sekarang 100 dolar per barel, puncaknya 2008 sebesar 145 dolar per barel tapi kemudian terus turun. Tetapi saat ini krisis ekonomi global datang lagi diawali dengan krisis keuangan di Eropa, anehnya harga minya tetap (di angka 100 dolar per barel-red)," kata Presiden.
Kepala Negara mengatakan ada banyak faktor yang mempengaruhi naik turunya harga minyak mentah dunia.
"Banyak faktor ulah spekulan, sebagaian dari trader. Pedagang minyak global, ada sentimen geopolitik, situasi yang panas di Iran dan Afrika Utara, turut membuat ketidakpastian harga minyak," papar Presiden.
Ia menambahkan, negara produsen minyak ingin dapat keuntungan sebesar-besarnya sehingga senang jika harga minyak tinggi. "Pada era ini, negara sering kalah dengan perusahaan multinasional, ini kelemahan sistem kapitalis global," katanya.
Oleh karena itu Presiden mengingatkan semua pihak, khususnya pemangku kebijakan ketahanan pangan dan ketahanan energi di dalam negeri untuk terus mengawasi perkembangan masalah di tingkat global sehingga tidak salah langkah saat mengambil kebijakan di tingkat nasional dan daerah.
(P008/N002)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011