Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Mohammad Syahril menyampaikan bahwa pasien hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau "acute hepatitis unknown etiology" terbuka kemungkinan mendapatkan terapi transplantasi hati.
"Ada kemungkinan kelak pasien hepatitis akut juga akan mendapatkan terapi transplantasi hati," ujarnya dalam konferensi pers "Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia" yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Baca juga: RSPI: Ada 18 kasus bergejala hepatitis akut di Indonesia
Oleh karena itu, Syahril meminta masyarakat untuk waspada dan segera membawa anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala hepatitis akut seperti demam, mual, muntah, hilang nafsu makan, diare akut, lemas lesu.
Selain itu, nyeri bagian perut, kembung perut, nyeri otot dan sendi, kuning di mata, urine seperti warna teh, serta perubahan pada warna feses.
"Dengan mengenali kasus lebih awal kita bisa lebih 'care' ke anak, jangan sampai lebih berat. Bisa konsultasi ke dokter," katanya.
Baca juga: RSPI: Demam paling banyak dilaporkan dalam gejala hepatitis akut
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus hepatitis akut pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April, jumlah laporan terus bertambah, tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.
Baca juga: IDI: Segera pergi ke RS bila anak tunjukkan gejala hepatitis akut
"Sebanyak 17 anak di antaranya (10 persen) memerlukan transplantasi hati, dan satu kasus dilaporkan meninggal," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022