Baghdad (ANTARA News) - Tiga bom meledak di tengah massa peziarah Syiah yang sedang melaksanakan acara keagamaan di kota Hilla, Irak, Senin, menewaskan sedikitnya 22 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan mencederai lebih dari 60, kata polisi dan saksi.
Serangan-serangan itu, yang terjadi pada puncak Asyura yang memperingati kematian cucu Nabi Muhammad, Imam Hussein, dan menetapkan aliran Syiah, menggarisbawahi rapuhnya keamanan di Irak ketika pasukan terakhir AS bersiap-siap menarik diri dari negara itu pada akhir tahun ini, lapor Reuters.
Dalam serangan pertama, sebuah bom mobil meledak pada akhir satu arak-arakan Syiah, menewaskan 16 orang, terutama wanita dan anak-anak, dan mencederai 45, kata polisi dan saksi, dengan menambahkan bahwa kubangan darah, sepatu dan serpihan pakaian terlihat di jalan.
"Ledakan kuat dan mengerikan terjadi di belakang kami, asap memenuhi tempat itu," kata Hadi al-Mamouri, yang mengambil bagian dalam ritual tersebut. "Saya hanya bisa mendengar jeritan wanita dan anak-anak, dan saya hanya bisa melihat mayat wanita dan anak-anak di jalan."
Serangan kedua yang melibatkan dua bom pinggir jalan menewaskan sedikitnya enam orang dan mencederai 15 pada pawai lain Syiah di Hilla, kata sumber-sumber kepolisian.
Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi menjelang penarikan pasukan terakhir AS.
Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.
Menurut data resmi, sepanjang November kekerasan di Irak menewaskan 187 orang, sementara pada Oktober jumlah kematian 258.
Sebanyak 185 orang Irak tewas dalam kekerasan pada September, menurut angka resmi, sementara 239 orang tewas pada Agustus.
Pada Juli, 259 orang Irak tewas dalam serangan-serangan, angka kematian tertinggi kedua pada 2011.
Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.
Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.
Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.
Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.
Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.
Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.
Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011