Jakarta (ANTARA News) - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memuj slogan dari Ketua KPK Abraham Samad, antara lain jika dalam waktu setahun tak kunjung menuntaskan kasus besar, berjanji akan mundur dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, Denny menyatakan bahwa slogan Ketua KPK itu dinilai masih membutuhkan waktu untuk diuji.
Dia mengharapkan agar pimpinan Ketua KPK yang baru berani menghadapi atas "Don Corleone" atau dugaan adanya raja mafia kasus besar.
Menangapi tentang hasil survei LSI tentang tingkat kepuasan publik atau KPK, Denny mengatakan, walau belum melakukan survei, LSI meyakini bahwa harapan publik terhadap KPK baru menaik kembali.
"Figur baru terkesan menjanjikan. Apalagi pernyataan ketua baru KPK yang garang itu," katanya.
Kendati demikian, Denny mengatakan, jika KPK tidak berhasil menuntaskan kasus yang dianggap besar, maka persepsi publik atas KPK bisa merosot.
Bulan Agustus 2011, Denny JA sempat mempublikasikan bahwa tingkat kepuasan publik atas KPK menurun di bawah 50 persen. Jika KPK baru tidak berhasil menuntaskan kasus besar setelah setahun, Denny memprediksi persepsi publik atas KPK dikhawatirkan merosot mungkin di bawah 40 persen.
Berdasarkan survei yang dilakukannya LSI, bahawa ada 4 kasus besar yang penuntasannya dinanti publik, yakni kasus Bank Century, kasus cek pelawat pemilihan deputi senior Gubernur BI, kasus mafia pajak dan kasus suap Wisma Atlet.
Denny menyatakan pandangannya tersebut di sela sela acara pemberian penghargaan oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) atas rekor baru yang diterima Lingkaran Survei Indonesia.
MURI memberikan rekor atas prestasi LSI yang tak pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah Indonesia, yaitu publikasi hasil riset yang selama tujuh kali berturut turut menjadi "headline" halaman satu di sejumlah koran nasional.
LSI mempublikasi riset sejak Juni 2011 - Oktober 2011, yang semuanya dimuat di "headline" halaman satu koran nasional, seperti di Jakarta Post, Koran Tempo, Media Indonesia dan Rakyat Merdeka.(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011