Berdasarkan keterangan pers dari Mabes TNI, di Jakarta, Senin, patroli udara itu bertujuan agar wilayah itu tetap bebas dari aktivitas bersenjata ilegal maupun pelanggaran lintas batas "Blue Line" yang dapat memicu kembali terjadinya konflik antara Lebanon dan Israel.
Komandan Satgas Batalyon Mekanis Konga XXIII-F Letkol Inf Suharto Sudarsono, usai melaksanakan patroli udara yang pertama kali di area operasi tanggung jawabnya, di Lebanon Selatan, Minggu (4/12), mengatakan, patroli udara ini akan dilaksanakan secara rutin, yakni sebulan sekali dengan melibatkan personel gabungan dari perwira kompi-kompi.
"Hal ini dilakukan untuk mendukung dan melengkapi hasil dari kegiatan taktis yang diperoleh dari patroli jalur darat maupun dari Pos Pengamatan masing-masing kompi, guna mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dapat memicu kembali terjadinya konflik antara kedua negara," tuturnya.
Ia menyebutkan, kegiatan patroli pengintaran udara (Air Patrol Recce) itu merupakan implementasi Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1701, tahun 2006.
Resolusi ini kemudian diimplementasikan oleh pasukan-pasukan di bawah bendera Unifil dalam bentuk patroli, baik dengan berjalan kaki, berkendaraan darat maupun patroli udara serta penempatan Pos Pengamatan Statis (Static Observation Post), di area operasi masing-masing, termasuk yang dilaksanakan Kontingen Indonesia saat ini.
Operasi pemantauan melalui udara yang pertama kali menggunakan helikopter jenis Belt Tipe ET-279 milik Unifil yang mampu memuat sebanyak 9 personel.
Pelaksanaan Patroli Udara ini berlangsung selama 60 menit dimulai pukul 10.00 sampai 11.00 waktu setempat dengan rute wilayah sepanjang Blue Line, mulai dari UN Posn 7-2, UN Posn 9-63 yang merupakan Markas Kompi A, selanjutnya menuju Qabrika, Suwwanan, Tulin, kemudian patroli mengarah ke Markas Indobatt 7-1 dilanjutkan menuju Markas Kompi C di UN Posn 9-2 dekat sungai Al Litani River dan kembali ke Markas Sektor Timur Unifil 7-2 di Marjayon.
(S037)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011