Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta tim pendamping keluarga (TPK) untuk membantu keluarga meningkatkan kualitas sperma calon ayah menjadi yang terbaik.
“Kekerdilan pada anak (stunting) itu, mulai dari sperma ketemu dengan telur, itu sudah harus bagus. Saya sampaikan ya, sperma itu harus disiapkan 75 hari sebelum bulan madu,” kata Hasto dalam Apel Siaga Tim Pendamping Keluarga Nusantara Bergerak yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (12/5).
Hasto menuturkan kualitas sperma yang dimiliki oleh para calon ayah haruslah berkualitas karena kekerdilan dapat terjadi sejak sperma bertemu dengan sel telur milik perempuan.
Sebab, sperma yang digunakan laki-laki yang pada saat bulan madu sudah tercipta sejak 75 hari sebelumnya. Jumlah yang dihasilkan pun harus satu cc atau setara dengan 20 juta sel sperma.
Baca juga: Kemenko PMK: TPK aktor penting bantu selesaikan stunting di Indonesia
“Siapa yang mau menikah, laki-lakinya spermanya harus super dan berkualitas bagus. Satu cc sperma harus 20 juta, sedangkan suami mengeluarkan sperma tiga cc jadi 60 juta. Kalau kurang dari itu tidak menghamilkan. Harus percaya dengan saya, karena saya dokter kandungan dan keahlian saya bayi tabung,” ujar Hasto.
Dengan dihadirkannya TPK untuk mengawal keluarga terbebas dari kekerdilan, tim yang terdiri dari bidan, kader PKK dan kader KB itu dapat mengedukasi pasangan usia subur (PUS) dan calon ayah untuk mengurangi atau berhenti merokok yang dapat menurunkan kualitas sperma.
Menurut Hasto, kualitas sperma yang dimiliki oleh para perokok sulit untuk menembus sel telur karena tidak dapat berjalan lurus melainkan selalu berkelok-kelok. Sperma dengan kondisi tersebut akan membuat calon orang tua sulit mendapatkan embrio yang berkualitas.
“Saya tidak benci perokok, tapi spermanya tidak begitu jelas. Nanti spermanya tengok, kanan tengok kiri. Sedangkan sperma orang sehat itu langsung 20 juta menembus satu telur. Satu berhasil, semuanya rela mati membusukkan telur menyemburkan telur sehingga sperma yang masuk itu menjadi sangat sukses menjadi embrio,” kata dia.
Selain memperbaiki perilaku yang kurang sehat di dalam keluarga, TPK juga dapat mengkoreksi asupan gizi yang dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga. Misalnya, menyarankan untuk mengkonsumsi beras fortivit yang mengandung zink yang bermanfaat bagi sperma.
TPK juga akan memeriksa kondisi para calon ibu supaya dapat hamil dengan aman dan sehat, sehingga tidak berpotensi melahirkan anak-anak yang kerdil.
“Apa salahnya membeli beras yang mengandung zink yang penting bagi kualitas sperma? Pre-konsepsi tidak difikirkan tapi kalau foto, gedung pernikahan dan pre-wedding sampai habis puluhan hingga ratusan juta,” ujar dia.
Baca juga: BKKBN: TPK miliki peran atasi keterpurukan faskes akibat pandemi
Baca juga: Ridwan Kamil: RI jadi negara tata kelahiran penduduk sangat baik
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022