New York (ANTARA) - Dolar naik ke level tertinggi baru 20 tahun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena berlanjutnya kekhawatiran bahwa tindakan bank sentral untuk menurunkan inflasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi global, meningkatkan daya tarik mata uang safe-haven.
Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan klaim pengangguran awal mingguan naik ke level tertinggi dalam tiga bulan, meskipun pasar tenaga kerja tetap menjadi kekuatan ekonomi AS. Di sisi inflasi, indeks harga produsen (IHP) menunjukkan perlambatan tajam pada April ke kenaikan 0,5 persen dari lonjakan 1,6 persen bulan sebelumnya, sebagian berkat penurunan tajam dalam produk energi.
Dalam 12 bulan hingga April, IHP meningkat 11,0 persen setelah berakselerasi 11,5 persen pada Maret dan di atas perkiraan peningkatan 10,7 persen.
"IHP sedikit bervariasi menjadi sedikit kurang dari yang diperkirakan hari ini tetapi secara keseluruhan masih banyak yang perlu dikhawatirkan ... jika S&P dilanda jual lagi itu akan secara luas mendukung dolar," kata Erik Bregar, Direktur FX & Precious Metals Risk Management di Silver Gold Bull Inc di Toronto.
Indeks dolar naik 0,798 persen pada 104,840 setelah menyentuh 104,92, level tertinggi sejak 12 Desember 2002. Euro jatuh 1,38 persen menjadi 1,0366 dolar setelah jatuh ke 1,0352 dolar, terendah sejak 3 Januari 2017.
Setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar 50 basis poin minggu lalu, kenaikan terbesar dalam 22 tahun, investor telah mencoba untuk menilai seberapa agresif jalur kebijakan bank sentral nantinya. Ekspektasi sepenuhnya memperkirakan kenaikan lain setidaknya 50 basis poin pada pertemuan bank sentral Juni, menurut Alat FedWatch CME.
Gubernur Bank Sentral Irlandia Gabriel Makhlouf bergabung dengan paduan suara pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa yang menyerukan Dewan Gubernur untuk bertindak mengatasi inflasi, meskipun tidak harus pada kecepatan yang sama dengan The Fed.
Aset-aset berisiko telah berada di bawah tekanan untuk sebagian besar tahun ini, dengan indeks S&P 500 di ambang konfirmasinya berada di pasar bearish, umumnya dilihat sebagai penurunan 20 persen dari rekor tertingginya.
Investor telah condong ke aset safe-haven seperti dolar karena kekhawatiran telah meningkat tentang kemampuan Fed untuk menekan inflasi tanpa menyebabkan resesi, serta dampak dari perang di Ukraina dan meningkatnya kasus COVID-19 di China yang melemahkan permintaan. Kekhawatiran tentang lingkungan stagflasi yang berkepanjangan dari pertumbuhan yang lambat dan harga yang tinggi juga telah mengurangi selera risiko.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat AS bahwa Fed dapat menurunkan inflasi tanpa menyebabkan resesi karena pasar kerja AS dan neraca rumah tangga yang kuat, biaya utang yang rendah dan sektor perbankan yang kuat. Ketua Fed Jerome Powell juga ditetapkan oleh Senat AS untuk masa jabatan kedua.
"(The Fed) memiliki masalah kredibilitas yang besar, besar, mereka selalu memilikinya tetapi sekarang lebih buruk. Jin inflasi keluar dari botol dan tidak ada lagi yang penting sekarang," kata Bregar.
Tempat berlindung yang aman lainnya, yen Jepang, menguat 1,47 persen versus greenback di 128,08 per dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2173 dolar, turun 0,63 persen pada hari ini setelah serangkaian data ekonomi lemah di Inggris.
Di pasar mata uang kripto, Bitcoin terakhir turun 0,54 persen menjadi 28.250,01 dolar AS setelah merosot ke 25.390,26 dolar AS, level terendah sejak Desember 2020. Ethereum terakhir turun 6,48 persen menjadi 1.903,73 dolar AS.
Baca juga: Minyak ditutup beragam, khawatir penguncian Beijing dan pasokan ketat
Baca juga: Emas anjlok 29 dolar, catat hari terburuk dalam sekitar satu minggu
Baca juga: Rupiah ditutup melemah, pasar kekhawatiran kebijakan agresif The Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022