Dalam keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Kamis, Rektor UIN Suka mengatakan itu saat acara Pembinaan Pegawai dan Syawalan UIN Suka Yogyakarta yang dihadiri sivitas akademika, para pemuka dan cendekiawan agama mulai dari Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, serta tamu dari berbagai instansi dan kolega.
"Moderasi dan toleransi tidak bisa dilaksanakan sendirian hanya dengan modal berbicara dan berkhotbah. Mulailah dengan mendengar, mengenali perbedaan sekaligus persamaan tujuan hidup, doa, makna, dan kehidupan menurut masing-masing keyakinan dengan sepenuh pengertian, toleransi yang sesungguhnya," katanya.
Baca juga: Akademisi UIN: Islamofobia upaya "framing" untuk memojokkan pemerintah
Rektor mengatakan, jika mengamati sejarah manusia, sesungguhnya masyarakat Indonesia terhubung dan tidak bisa menghindari dari bertemunya agama-agama, terutama masyarakat Indonesia sangat religius dan selalu menempatkan agama pada posisi penting dalam ekonomi, sosial dan politik.
"Dengan hadirnya globalisasi, memungkinkan kita untuk saling memberi teladan dan mengambil pelajaran dari satu agama ke agama lain, tidak hanya arsitektur pura, vihara, masjid, gereja, kapel yang saling terinspirasi dan mengadopsi bentuk-bentuk cantiknya," katanya.
Rektor mengatakan, cinta kasih yang menjadi tradisi ucapan Kristiani menginspirasi semua, dan yoga dipraktikkan siapa saja, di Amerika, Eropa dan di Indonesia banyak pusat-pusat yoga, tanpa memandang iman atau mazhab, denominasi, sekte atau aliran.
Baca juga: UIN Yogyakarta bangun kampus terpadu dengan konsep forest campus
Kemudian meditasi dipraktikkan semua pemeluk agama, meditasi menjadi milik manusia semuanya. Bermeditasi tidak harus menjadi Buddhis secara teologis. Begitu juga Bank Syariah, industri halal, makanan halal, dinikmati siapa saja tidak hanya milik Muslim.
Dengan demikian, kata dia, Indonesia sebagai tempat bertemunya banyak tradisi agama dunia dan juga kepercayaan khas Nusantara memperkaya ini dan memberi arti baru tentang keragaman, kebhinnekaan, dan perbedaan.
"Mari kembali pada jati diri, membaca lagi Sang Hyang Kamahayanikan (doa dan petunjuk pencerahan tertua di Nusantara), Sutasoma, Negarakertagama, Kakawin, Babat, Serat, dan khazanah Nusantara. Idul Fitri ini mari rayakan dengan segala imannya, paling tidak di kampus UIN Sunan Kalijaga," katanya.
Baca juga: UIN Yogyakarta raih prestasi pendaftar terbanyak PMB tingkat PTKIN
Dalam acara tersebut, enam pemuka dari agama Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Protestan, dan Penghayat Kepercayaan menyampaikan Selamat Merayakan Idul Fitri 1443 Hijriah untuk umat Muslim dan Refleksi Syawalan.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022