Mogadishu (ANTARA News/Reuters) - Sejumlah jet tempur membom pangkalan militan di Somalia selatan, Jumat, kata penduduk dan prajurit, sementara Kenya melanjutkan ofensifnya terhadap gerilyawan garis keras Al-Shabaab.
Kenya, yang di masa silam melancarkan serangan-serangan udara, belum mengaku bertanggung jawab atas pemboman terakhir itu. Pasukan Kenya memasuki Somalia hampir dua bulan lalu untuk memburu gerilyawan Al-Shabaab yang dituduh mendalangi serangan-serangan terhadap wisatawan, pekerja bantuan dan pasukan keamanan di wilayahnya.
"Kami mendengar suara jet dan kemudian bom. Kami tahu kemudian bahwa mereka menyerang sebuah pangkalan Al-Shabaab di desa Ceel Ade," kata Ali Keyre Mohamed, seorang warga setempat, kepada Reuters.
"Kami tidak tahu mengenai korban akibat dari pemboman itu," tambahnya.
Seorang juru bicara militer Kenya mengatakan kepada Reuters, ia akan menyelidiki laporan itu.
Pasukan Somalia, yang bersama-sama pasukan Kenya menyerang Al-Shabaab di Somalia selatan, mengkonfirmasi serangan udara itu dengan mengatakan, dua jet menjatuhkan sejumlah bom.
Al-Shabaah mengatakan, serangan udara itu disulut oleh serangan berhasil gerilyawan terhadap posisi pasukan Kenya pada Jumat.
"Mereka menjatuhkan enam bom. Empat warga sipil tewas dan 35 lain cedera," kata Sheikh Abdiaziz Abu Muscab, seorang juru bicara Al-Shabaab, kepada Reuters.
"Mereka mengerahkan jet setelah kami memerangi mereka dan memberi mereka pelajaran tak terlupakan pagi ini. Pejuang kami tidak berada di sana. Kami tidak berpangkalan di mana pun," tambahnya.
Pasukan Kenya pada 16 Oktober meluncurkan penyerbuan ke Somalia untuk memburu Al-Shabaab yang dituduh mendalangi penculikan warga asing di Kenya dan mengklaim telah membunuh puluhan gerilyawan dari kelompok tersebut.
Pada 17 Oktober, Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.
Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.
Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.
Pada 13 Oktober, dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari kekeringan, kelaparan dan perang.
Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011