Tenggarong (ANTARA News) - Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura HAM Salehoeddin II, Jumat (2/13) sore, melakukan kegiatan ritual di atas Sungai Mahakam, tepatnya di lokasi ambruknya Jembatan Kartanegara.
Dengan menggunakan kapal kayu motor, Sultan yang berusia sekitar 87 tahun itu bertolak dari dermaga pemerintah kabupaten depan Museum Mulawarman Tenggarong menuju ke hilir tepatnya ke lokasi Jembatan Kartanegara yang ambruk pada Sabtu (26/11).
Turut mendampingi Sultan antara lain Wakil Bupati Kukar HM Ghufron Yusuf, para Asisiten Setkab Kukar yaitu Edy Damansyah dan H Bahrul, Sekretaris Kabupaten Kukar HAPM Haryanto Bachroel, tiga pimpinan penyelam dari Basarnas, Pasukan Katak dan Brimob serta beberapa kepala instansi lainnya.
Turunnya Sultan ke Jembatan Kartanegara yang ambruk itu untuk melakukan ritual "Sawai" dan mendoakan agar musibah segera berlalu serta pekerjaan evakuasi yang dilakukan Tim SAR berjalan lancar.
Di bagian depan tepat di belakang juragan kapal, Sultan bersila di atas tempat duduk segi empat mirip bantal berwarna kuning, yang di bawahnya dialasi karpet lembut berwarna merah hati.
Di dekat Sultan tampak tiga buah bokor berwarna emas yang juga dialasi dengan baki berwarna keemasan, masing-masing berisikan beras kuning, air kembang yang diisi tiga anyaman anyaman pucuk daun kelapa mirip ketupat namun agak kecil, dan satu bokor lagi diisi air yang dilengkapi anyaman berbentuk sendok. Serta satu lagi wadah berwarana perak yang juga berisi beras kuning.
Baru sesaat setelah juragan kapal mendorong tongkat pengatur kecepatan kedepan menuju kehilir, tampak Sultan yang saat itu mengenakan batik biru berkacamata hitam menoleh ke kiri dan ke kanan kapal. Lalu diambilnya segenggam beras kuning dan dihamburkannya ke air sungai di sisi kanan dan kiri Kapal.
Sesaat sebelum tiba di lokasi runtuhnya jembatan, juragan kapal menghentikan laju kapalnya setelah mendengar di Handy Taky (HT) bahwa Dandim 0906 Tenggarong Dendy Suryadi dan Kapolres Kukar I Gusti Kade Budhi Harryarsana akan bergabung bersama Sultan, mereka berdua diantar speed boat ke kapal kayu tersebut.
Setelah itu Sultan kembali menggenggam beras kuning beberapa saat lalu memanggil satu persatu pimpinan penyelam dan memberikan beras kuning tersebut ke tangan kanan mereka secara bergantian.
"Ini dibawa ya," ujar Sultan singkat.
Kapal pun kembali bergerak perlahan mendekat ke arah jembatan, seiiring dengan itu Sultan juga bergeser ke haluan kapal dan duduk menghadap ke arah reruntuhan.
Beras kuningpun lagi-lagi digenggamnya, namun kali ini sepintas terdengar Sultan memberikan salam lalu seterusnya tak terdengar karena suara mesin kapal juga juga menderu pelan.
Sambil berkata-kata itu Sultan lalu beberapa kali menaburkan beras kuning ke Mahakam di arah tengah-tengah jembatan roboh.
Setelah itu tiga pejabat dipanggil ke hadapan Sultan untuk bersama-sama menarik anyaman yang berbentuk ketupat di kedua sisinya hingga terlepas dan dibuang kearah belakang pejabat lalu jatuh ke Mahakam, Ketikai Lepas demikian nama prosesi ini.
Tiga pejabat tersebut Pertama HM Ghufron, lalu Dendy Suryadi dan terakhir I Gusti Kade Budhi Harryarsana. Prosesi tersebut mengakhiri aktivitas Sultan di sekitar jembatan tersebut, dan kapal pun putar haluan untuk kembali ke dermaga Pemkab.
Sawai
Saat ditanyai di dermaga HAPM Haryanto Bachroel yang juga sebagai Menteri Sekretaris Kesultanan Kutai mengatakan bahwa yang dilakukan Sultan di sekitar jembatan tersebut adalah salah satu upacara adat Kutai yang disebut Sawai.
"Ber-`Sawai` ini dimaksudkan agar musibah di Kukar segera berlalu," terang Haryanto yang bergelar HAP Gondo Prawiro tersebut.
Sedangkan maksud beras kuning yang diberikan kepada tiga perwakilan penyelam tersebut bahwa Sultan memberikan restu kepada mereka yang menjalankan tugas mengevakuasi korban agar tugas mulia mereka berjalan lancar.
Sedangkan ketika lepas bermakna juga bermakna agar Kukar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan.
"Jadi keseluruhan upacara adat tadi agar Kukar terlepas dari musibah ini dan juga diharapkan supaya proses evakuasi berjalan lancar sehingga segera selesai," ujarnya. (ADI/A041)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011