Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan bom dan penembakan di Irak menewaskan delapan orang, termasuk empat anggota milisi penentang Al-Qaida, dan mencederai 12 orang, kata beberapa pejabat keamanan, Jumat.

"Empat orang tewas dan tujuh cedera dalam dua serangan bom pinggir jalan di daerah Taji," sebelah utara Baghdad, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri, lapor AFP.

Serangan pertama ditujukan pada rumah Nadhem Karim Mohammed, seorang pemimpin pasukan milisi Sahwa penentang Al-Qaida di Taji, yang menewaskannya dan ibunya sekitar pukul 07.00 (pukul 11.00 WIB), kata pejabat itu.

Ketika polisi tiba di lokasi kejadian, sebuah bom lain meledak, menewaskan dua polisi dan mencederai tujuh orang.

Orang-orang bersenjata tak dikenal juga menyerang sebuah pos pemeriksaan Sahwa di daerah Al-Sharqat, 120 kilometer sebelah timurlaut Tikrit, menewaskan tiga anggota Sahwa dan mencederai dua orang, kata seorang mayor polisi.

Di Al-Tuz, sekitar 75 kilometer sebelah selatan kota minyak Kirkuk, Irak utara, sebuah bom tempel magnetis yang dipasang di mobil menewaskan seorang polisi, sementara bom pinggir jalan mencederai tiga orang sipil, kata Mayor Khaled al-Bayati.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi menjelang penarikan penuh pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Menurut data resmi, sepanjang November kekerasan di Irak menewaskan 187 orang, sementara pada Oktober jumlah kematian 258.

Sebanyak 185 orang Irak tewas dalam kekerasan pada September, menurut angka resmi, sementara 239 orang tewas pada Agustus.

Pada Juli, 259 orang Irak tewas dalam serangan-serangan, angka kematian tertinggi kedua pada 2011.

Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011