Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia melemah dan dolar bertahan kuat pada perdagangan Kamis pagi, karena data menunjukkan inflasi AS terus tinggi, dan investor khawatir tentang dampak ekonomi dari kenaikan suku bunga yang agresif untuk menjinakkan kenaikan harga-harga.
Pasar AS melemah setelah berita tersebut, lalu ditutup melemah tajam. Indeks S&P 500 berjangka naik 0,5 persen di sesi Asia yang bergejolak. Perdagangan valuta asing juga fluktuatif, tetapi telah meninggalkan indeks dolar tetap berada di dekat tertinggi dua dekade.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1,0 persen, dan indeks Nikkei Jepang juga merosot 1,0 persen.
Bitcoin diperdagangkan di bawah 30.000 dolar AS pada Kamis, mencatat kerugian hampir 27 persen yang telah mengambil 11.000 dolar AS dari harganya dalam waktu sekitar seminggu.
Harga konsumen utama AS naik 8,3 persen untuk 12 bulan hingga April. Angka itu lebih lambat dari laju 8,5 persen pada bulan sebelumnya dan meningkatkan harapan bahwa laju kenaikan harga-harga telah mencapai puncaknya. Namun, itu juga lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 8,1 persen, dan menegaskan kembali kekhawatiran bahwa suku bunga perlu naik dengan cepat untuk menjinakkan inflasi.
"Kami sekarang sangat terikat dengan setidaknya dua kenaikan lebih lanjut sebesar 50 basis poin dalam agenda. Untuk pasar ekuitas, itu benar-benar akhir dari uang gratis," kata Damian Rooney, direktur penjualan institusi di pialang Argonaut di Perth.
"Saya pikir kami mungkin mengalami delusi enam bulan lalu dengan kenaikan ekuitas AS di tengah harapan dan doa dan kegilaan saham meme, dan tiba-tiba kembali sedikit ke kenyataan," katanya.
Saham Apple jatuh 5,0 persen semalam, menyeret indeks S&P 500 tergelincir 1,65 persen dan Nasdaq merosot 3,2 persen.
Obligasi pemerintah jangka pendek dibuang setelah data tersebut, tetapi obligasi bertenor lebih lama menguat karena investor khawatir kenaikan suku bunga yang curam akan menghambat pertumbuhan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun turun enam basis poin (bps) semalam dan turun empat basis poin lebih lanjut di perdagangan Tokyo menjadi 2,8877 persen. Kesenjangan antara imbal hasil dua tahun dan 10 tahun menyempit, meratakan kurva imbal hasil.
"Seharusnya ada titik kritis dalam seberapa jauh The Fed dapat ditekan sebelum peluang jelas mengarah ke hard landing," kata ahli strategi suku bunga AS dari NatWest Markets, Jan Nevruzi.
Nasdaq anjlok hampir 8,0 persen sejauh Mei dan lebih dari 25 persen tahun ini, menanggung beban penjualan karena imbal hasil AS yang lebih tinggi menarik uang dari saham teknologi dengan harga mahal.
Pasar uang kripto juga mencair, dengan runtuhnya apa yang disebut stablecoin TerraUSD menyoroti gejolak tersebut.
Gambaran pertumbuhan yang melemah di luar Amerika Serikat juga menghancurkan kepercayaan investor, karena perang di Ukraina mengancam krisis energi di Eropa dan perpanjangan penguncian di China melemparkan kekacauan lain dalam rantai pasokan.
Pengembang properti Sunac China mengatakan pihaknya melewatkan pembayaran bunga obligasi dan akan kehilangan lebih banyak lagi karena sektor real estat China tetap dalam cengkeraman krisis kredit.
Ketidakpastian tentang hampir semua hal kecuali kenaikan suku bunga AS telah menguntungkan dolar. Itu menahan euro di dekat posisi terendah baru-baru ini di 1,0524 dolar pada Kamis dan melayang di sekitar 129,78 yen, sementara mata uang yang sensitif terhadap perdagangan tertekan.
Dolar Australia bergejolak setelah data inflasi AS, tetapi tidak mampu mempertahankan posisinya di atas 0,70 dolar AS dan terakhir dibeli 0,6943 dolar AS.
Sterling berada di level terendah dua tahun di 1,2230 dolar karena kebuntuan atas aturan perdagangan pasca-Brexit untuk Irlandia Utara semakin dalam.
Otoritas Moneter Hong Kong menghabiskan 202 juta dolar AS pada Kamis untuk mendukung dolar Hong Kong yang mencapai titik lemahnya terhadap greenback.
Dalam perdagangan komoditas, minyak stabil setelah lonjakan Rabu (11/5/2022) di tengah kekhawatiran tentang aliran gas ke arah barat dari Rusia ke Eropa.
Minyak mentah berjangka Brent turun tipis 0,7 persen menjadi 106,78 dolar AS per barel dan minyak mentah AS turun 0,6 persen pada 105,07 dolar AS per barel.
Data aktivitas dan pertumbuhan Inggris akan dirilis hari ini.
Baca juga: Wall Street ditutup jatuh menyusul data inflasi AS yang panas
Baca juga: IHSG terkoreksi ikuti pelemahan bursa saham kawasan
Baca juga: Saham China dibuka lebih rendah, indeks Shanghai tergerus 0,45 persen
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022