Washington (ANTARA) - Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan pada Rabu (11/5/2022) bahwa pemerintah China menentang upaya Kongres untuk meningkatkan manufaktur semikonduktor AS karena hal itu akan memberi AS lebih banyak daya saing.
Pada Kamis, anggota parlemen AS akan membuka negosiasi formal tentang langkah kompromi yang akan mendanai 52 miliar dolar AS dalam subsidi manufaktur semikonduktor dan meningkatkan daya saing AS dengan teknologi China. Masih butuh waktu berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan akhir.
Senator Republik Shelley Moore Capito bertanya kepada Raimondo di subkomite Alokasi Senat yang mendengar tentang cerita Reuters dan laporan lain bahwa China telah mendorong para eksekutif, perusahaan, dan kelompok bisnis AS untuk melawan RUU terkait China di Kongres.
"Itu tidak mengejutkan saya sama sekali. China tidak ingin kita meloloskan RUU ini. Mereka tahu bahwa RUU ini akan memungkinkan kita untuk mengungguli mereka," kata Raimondo, mengatakan China telah menginvestasikan 160 miliar dolar AS dalam produksi semikonduktor domestik. "Hal terakhir yang mereka inginkan adalah kami menginvestasikan 52 miliar dolar AS."
Raimondo mengatakan dia telah mendengar laporan bahwa China sedang melobi bisnis AS, dengan mengatakan bahwa mereka "sangat mengkhawatirkan ... Alasan China sangat menentangnya adalah karena mereka tahu betapa pentingnya hal itu bagi kami."
Kedutaan Besar China tidak segera berkomentar.
Reuters melaporkan pada November, kedutaan besar China di Washington telah mengirim surat yang mendesak para eksekutif untuk mendesak anggota Kongres untuk mengubah atau membatalkan undang-undang tertentu yang berupaya meningkatkan daya saing AS, menurut sumber dan teks surat yang dikirim oleh kantor ekonomi dan komersial kedutaan yang dilihat oleh Reuters.
Pejabat China memperingatkan perusahaan-perusahaan bahwa mereka akan mengambil risiko kehilangan pangsa pasar atau pendapatan di China jika rancangan undang-undang tersebut menjadi undang-undang, menurut teks surat itu.
China mengatakan menentang undang-undang semacam itu, dengan alasan itu memicu sentimen anti-China dan itu didasarkan pada pemikiran era Perang Dingin.
Kekurangan chip yang terus-menerus telah mengganggu industri otomotif dan elektronik, memaksa beberapa perusahaan untuk mengurangi produksi. Raimondo dan lainnya menyebut peningkatan produksi chip sebagai masalah keamanan nasional.
Baca juga: CEO Intel prediksi masalah kekurangan chip akan berlanjut hingga 2024
Baca juga: India dikabarkan jajaki kemungkinan bangun pabrik semikonduktor
Baca juga: Snapdragon 8 Gen 1+ diramalkan tertunda
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022