Jakarta (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau rakyat Irak untuk segera menghentikan peperangan antar-saudara, Suni versus Syiah, karena pertentangan sektarian hanya akan menguntungkan apa yang disebutnya sebagai imperialis Amerika Serikat (AS). "Itu sudah diprediksi sejak awal bahwa imperialis akan menggunakan politik adu domba yang memperlemah rakyat Irak mengusir mereka," kata Ketua MUI Amidhan di Jakarta, Jumat. Umat Islam yang lemah dan berperang saudara merupakan hal yang diinginkan imperialis AS untuk memperkuat posisi dan menjustifikasi dirinya terus menerus bercokol di Irak untuk mengatasi situasi, ujarnya. Dikatakan Amidhan, umat Islam seluruhnya bersaudara, jadi seharusnya berusaha untuk tetap bersatu, apalagi menyangkut rumah ibadah. "Nabi melarang menghancurkan rumah ibadah bahkan dalam keadaan perang pun, termasuk rumah ibadah agama lain, apalagi ini rumah ibadah sesama muslim," katanya. Sekali lagi ia mengingatkan, ada pihak yang sengaja menciptakan, memprovokasi dan mendapat keuntungan dari perang saudara itu, karena itu semua pihak seharusnya menahan diri. Pertentangan yang segera harus dihentikan tersebut selain pertentangan Suni-Syiah, juga pertentangan antara pemerintah Irak yang baru bentukan AS dan gerilyawan Irak, serta pertentangan suku seperti dengan suku Kurdi, ujarnya. Puluhan orang, umumnya minoritas Suni, tewas di Baghdad dan di tempat lainya dalam waktu 24 jam setelah pemboman atas masjid Syiah di Samarra. Puluhan masjid Suni juga diserang, dan milisi Syiah turun ke jalan-jalan. Serangan bom Rabu menghancurkan kubah sepuhan musoleum Imam al-Hadi, salah satu dari mesjid tersuci Syiah di dunia yang berusia 1.000 tahun, di kota Samara, Irak utara. Di Syiah selatan, kerumunan orang menyerbu kantor partai politik Suni di Basra, menewaskan satu orang dan mencederai beberapa orang lain. Sementara itu, Ketua Umum PP Muhamadiyah Din Syamsudin mengecam keras pengeboman Mesjid Ali di Sammarah Irak karena tindakan tersebut merupakan penodaan tempat suci dan teror nyata sehingga siapa pun pelakuknya harus ditindak tegas. "Untuk itu, sudah saatnya penyebab utama konflik dan kekacauan di Irak yaitu pendudukan asing harus diakhiri," tegasnya. Kepada PBB, lanjutnya, agar mengeluarkan resolusi bahwa invasi AS adalah pelanggaran hukum internasional dan mendesak AS segera hengkang dari Irak.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006