Banda Aceh (ANTARA) - Meski lantunan takbir, tahmid dan tahlil tidak lagi terdengar di masjid-masjid, tapi di hari kedua Idul Fitri itu nuansa lebaran masih terasa kental di Banda Aceh, warga saling kunjung dan menyodorkan tangan seraya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin.
Di Aceh yang mayoritas penduduknya adalah muslim, dua hari raya yakni Idul Fitri dan Idul Adha diperingati secara meriah, meski kegiatan utamanya adalah bersilaturahmi yang tidak hanya terbatas kepada anggota keluarga tapi juga antar warga dan sejawat.
Anjang sana, silaturahmi sesama keluarga dan sejawat sekampung atau sekantor telah menjadi tradisi yang berakar bagi masyarakat Aceh meski saat dilanda pandemi COVID-19.
Dua tahun wabah COVID-19 melanda dunia, termasuk Aceh (2020-2021), meski hari raya yakni Idul Fitri dan Idul Adha itu tetap dirayakan, meski suasananya kurang meriah, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Berbeda dengan Idul Fitri 1443 Hijriah atau 2022 Masehi, saat pemerintah memberikan keluasan dan memperbolehkan masyarakat mudik, tidak melarang warga mengunjungi tempat-tempat keramaian dan wisata meski tetap menerapkan protokol kesehatan, lokasi wisata pun membludak.
Halnya Kota Sabang, sebagai daerah tujuan wisata utama di Provinsi Aceh itu pun membludak. Sejak hari pertama Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah, arus kunjungan orang dari pelabuhan Ulee Lhue Banda Aceh ke Sabang, mulai meningkat dari biasanya.
"Pada lebaran-lebaran sebelumnya, penyeberangan Ulee Lhue ke Sabang itu hanya dua kapal yang beroperasi, tapi Idul Fitri tahun ini, penumpang kapal membludak," kata petugas pelabuhan Ulee Lhue Kota Banda Aceh.
Bahkan, sejak hari kedua Idul Fitri 1443 Hijriah, pihak otoritas pelabuhan Ulee Lhue menyebutkan ada penambahan trip operasional dua kapal feri PT ASDP yang masing-masing enam sampai tujuh trip setiap harinya untuk melayani ribuan wisatawan ke Sabang.
Tidak hanya dua kapal Ro Ro yang penuh mengangkut penumpang dan kendaraan bermotor, tapi juga empat kapal cepat dioperasikan untuk memberi pelayanan kepada wisatawan yang menikmati libur panjang hari raya di pulau berpenduduk sekitar 40 ribu jiwa tersebut.
Sabang atau Pulau Weh dengan jarak sekitar 14 mil laut dari Kota Banda Aceh itu memiliki banyak objek wisata alam yang memang menarik untuk dikunjungi, seperti keindahan terumbu karang di kawasan Pulau Rubiah, lokasi menyelam di pantai Iboih, dan pantai Sumur Tiga.
Kemudian bagi wisatawan yang suka dengan objek wisata sejarah, Kota Sabang yang telah ditetapkan sebagai kawasan pelabuhan bebas (freeport) juga dapat mengunjungi benteng Jepang, selain tidak kalah menarik juga dengan tugu "nol kilometer" bagian barat Indonesia.
Beragam objek wisata menarik di pulau yang berbatasan dengan perairan laut internasional itu telah menjadikan magnet bagi wisatawan dari berbagai daerah di Tanah Air tersebut berduyun-duyun ke Sabang.
Masa liburan panjang Idul Fitri 1443 Hijriah itu, mewujudkan impian Lilis dan keluarga untuk menikmati keindahan Pulau Weh yang sudah lama direncanakan.
"Alhamdulillah, COVID-19 sudah melandai, dan Pemerintah memberikan keluasan dengan pemberian mudik serta masyarakat diperbolehkan ke tempat-tempat wisata, maka kami manfaatkan mengunjung Sabang," kata dia.
Wisatawan nusantara yang memanfaatkan liburan panjang melancong ke Sabang itu antara lain berasal dari berbagai daerah di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jakarta, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan juga dari sejumlah kabupaten/kota di Aceh.
Baca juga: Banda Aceh buka lebar akses wisata seiring COVID-19 level I
Baca juga: Kunjungan ke Sabang capai 22.314 wisatawan hingga H+4 Idul Fitri
Lonjakan
Dinas Pariwisata Kota Sabang menyatakan jumlah wisatawan yang keluar masuk wilayah Pulau Weh itu mencapai 39.290 orang selama libur Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah, dan diharapkan menjadi awal kebangkitan sektor pariwisata Sabang pascapandemi COVID-19.
“Lonjakan wisatawan mulai terjadi pada 4-6 Mei 2022, yang mencapai lebih 3.000 orang per hari yang masuk Sabang,” kata Kepala Dispar Sabang Anas Fahruddin.
Sabang masih dipenuhi wisatawan yang berasal dari berbagai daerah di dalam dan luar Aceh. Paling dominan wisatawan asal Sumatera Utara dan juga beberapa daerah lain dari Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.
“Kondisi di Sabang saat ini masih ramai. Penginapan juga penuh, karena wisatawan sangat membludak tahun ini setelah pandemi dua tahun dan juga hari liburnya panjang,” katanya.
Wisatawan berkunjung ke semua destinasi di Kota sabang, semua full. Tetap paling favorit di Pulau Rubiah dan tugu Nol Kilometer tapi destinasi lain seperti anoi itam juga penuh.
Tentunya, kata dia, tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke Sabang ini memberi dampak positif yang besar bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat setempat. Diharapkan pariwisata Sabang terus bangkit pasca dua tahun terdampak pandemi.
“Ada satu kios jual baju I Love Sabang di Kilometer Nol itu mencapai omzet Rp50 juta selama beberapa hari ini. Itu baru satu, belum toko-toko lain di daerah kota,” katanya.
Bahkan, membludaknya kunjungan orang ke Sabang itu berdampak penuhnya hotel dan wisma, sehingga sebagian mereka tidak mendapatkan fasilitas penginapan tersebut terpaksa bermalam sementara di di masjid, mushalla dan fasilitas lainnya.
Zulkifli, warga Sabang menjelaskan karena membludaknya wisatawan itu di luar perhitungan, kendaraan juga habis disewa pengunjung sejak hari pertama lebaran.
"Mereka (wisatawan) adalah tamu kami, dan masyarakat mempersilahkan mereka menginap di masjid, mushalla atau fasilitas umum lainnya yang ada di Sabang," kata Ketua Komisi D DPRK Sabang Mumammad Isa.
Selain penginapan penuh, wisatawan dari berbagai provinsi di Indonesia itu juga terpaksa diangkut dengan truk dan mobil pick up dari Balohan ke sejumlah objek wisata di pulau yang memiliki luas sekitar 152 kilometer persegi.
"Masalahnya, karena jumlah yang berlibur ke Sabang cukup banyak dan diluar perhitungan, sehingga selain wisatawan tidak memperoleh kamar penginapan, juga tidak kebagian sewa kendaraan," katanya menjelaskan.
M Isa menambahkan, dua unit kapal Ro Ro untuk mengangkut penumpang dan kendaraan dari Pelabuhan Ulee Lhue Banda Aceh ke Balohan Sabang, tidak mampu membawa semua kendaraan wisatawan ke tujuan wisata tersebut.
Akibatnya, terjadi penumpukan ratusan unit mobil milik wisatawan di Pelabuhan Ulee Lhue, meski operasional kapal feri ASDP sudah ditambah rata-rata tujuh trip setiap hari pada masa liburan Idul Fitri ini.
"Yang mobilnya tidak bisa diangkut maka wisatawan berangkat ke Sabang dari Pelabuhan Ulee Lhue dengan menggunakan kapal cepat atau ekpres. Jadi, kendaraan yang mereka bawa dari daerah asal dititipkan di Pelabuhan Ulee Lhue," kata Muhammad Isa.
Ke depan Dinas Perhubungan Provinsi Aceh dan PT ASDP diharapkan dapat menambah armada kapal Ro Ro pada hari-hari libur panjang sebagai antisipasi jika terjadi ledakan penumpang seperti liburan Idul Fitri ini.
Sabang yang masa pemerintahan orde baru pernah berstatus sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas di Pulau Sumatera sejak sekitar tahun 1970-an itu, diharapkan dapat dibangun berbagai fasilitas publik guna menunjang kemajuan sektor pariwisata.
Berkaca dari membludaknya kunjungan orang ke Sabang pada Lebaran Idul Fitri 2022, maka Pemerintah Aceh dan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) diharapkan komitmennya untuk mendatangkan ragam investasi pendukung kemajuan sektor pariwisata.
Yang dinilai dibutuhkan untuk mendongkrak kemajuan sektor pariwisata Sabang antara lain hotel berbintang, ruas jalan seperti menuju Pantai Iboih dan nol kilometer Indonesia juga perlu diperlebar guna memperlancar mobilitas transportasi dari kota ke objek wisata di Sabang.
Kemudian, peran pemerintah lokal untuk menyosialisasi program "sadar wisata" kepada masyarakat juga perlu dilakukan terus menerus, sehingga wisatawan dapat membawa kesan bahwa berlibur ke Sabang itu aman dan nyaman.
Baca juga: Sabang siapkan skema hadapi lonjakan pemudik dan wisatawan
Baca juga: Sandiaga: Keunikan budaya Aceh jadi destinasi unggulan Indonesia
Baca juga: Kemenparekraf latih pelaku ekonomi kreatif Aceh kuasai fotografi
Pewarta: Azhari
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022