HVO ini juga terbuat dari bahan baku yang berkelanjutanJakarta (ANTARA) - Ajang balapan internasional Formula E di Jakarta pada 4 Juni mendatang berpeluang besar menjadi standar perhelatan olahraga otomotif dan hiburan dengan manajemen lingkungan berkelanjutan (environmental sustainability) di Indonesia.
Senior Sustainability Manager FIA Formula E London, Iona Neilson mengatakan, Formula E dapat membangkitkan kesadaran masyarakat tentang lingkungan yang berkelanjutan, karena ajang balap itu sejak kehadirannya pada 2014 menggunakan mobil listrik yang bebas emisi (zero emission).
“Formula E bisa menjadi platform yang sangat baik untuk meningkatkan kesadaran soal "sustainability" dan energi terbarukan kepada para penonton dan para penggemar,” ujar Iona dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Iona ingin membuat masyarakat menyadari bahwa berkendara dengan kendaraan listrik bisa mengurangi emisi dan turut membantu meningkatkan kualitas udara di Indonesia.
Vice President Infrastructure and General Affairs Organizing Committee Jakarta ePrix 2022, Irawan Sucahyono menjelaskan bahwa standar "sustainability" itu juga bisa disebarkan oleh Formula E melalui hal-hal kecil.
Contohnya, pengelola tidak lagi menjual makanan dengan pembungkus seperti "styrofoam" dan mengimbau pengunjung membawa dan menggunakan botol air minum yang bisa diisi ulang.
Upaya menebarkan kesadaran itu tak terlepas dari konsep "zero emission" atau "sustainability" yang diangkat Formula E.
Konsep itu secara otomatis mempengaruhi seluruh desain acara. Misalnya, perihal pembangunan sirkuit, penyelenggara tak menebang pohon yang menghalangi pembangunan, tapi memindahkannya.
Selain itu, Formula E mengombinasikan tiga hal yaitu "performance", "efficiency" dan "sustainability".
Ketiga hal itu terlihat dalam ajang ini karena sejak awal pelaju mobil mengandalkan tenaga listrik sehingga lebih bersih, efisien serta pengelolaan acaranya pun lebih berkelanjutan.
Baca juga: 1 Mei, Panitia jual resmi tiket Formula E seharga Rp250 ribu-Rp10 juta
Baca juga: Anies ajak Presiden Jokowi keliling sirkuit Formula E
Berbeda
Menurut Irawan, formula E berbeda dengan balapan konvensional yang mengadu kecepatan dengan mengedepankan performa kendaraan, sehingga cenderung membuang-buang energi mesin sekitar 40 persen dengan percuma.
Sementara Formula E ini adalah masa depan dari balapan motor dengan energi dihabiskan hampir 100 persen.
"Ini balapan motor ramah lingkungan. Jadi, mungkin nanti dunia balapan akan berubah semua menjadi seperti ini," katanya.
Indonesia sebagai salah satu tuan rumah Formula sangat beruntung karena masa depan balapan ini datang ke Indonesia.
Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin juga mengakui bahwa Formula E di Ancol Jakarta atau Jakarta EPrix menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran tentang "sustainability", mengingat ini merupakan ajang balapan mobil listrik, kendaraan yang bisa mengontrol gas buang emisi.
Kendaraan listrik merupakan langkah konkret untuk mengurangi beban emisi. Kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang kontribusi terbesar untuk emisi gas buang yang tidak ramah lingkungan di kota-kota besar.
Kemudian dampak lainnya kendaraan bermotor ini juga turut menyerap energi bahan bakar fosil yang sangat besar yang berdampak pada beban neraca perdagangan pemerintah.
Hal itu karena angka importasi minyak bumi yang tinggi, yakni sekitar 68 juta kiloliter per tahunnya. Jika tidak melakukan transformasi yang konkret salah satunya dengan peralihan menuju kendaraan listrik, angka ini angka terus membesar.
Safrudin mengatakan Indonesia pada 2030 diprediksi bakal membutuhkan minimal 100 juta kiloliter bahan bakar fosil per tahunnya.
Baca juga: Padi hingga D'MASSIV meriahkan Formula E Jakarta
Baca juga: Tiket Formula E Jakarta dijual mulai 1 Mei 2022
Momentum
Selain menghemat keuangan negara, penggunaan mobil listrik bisa mencegah kenaikan emisi karbon yang diprediksi mencapai 470 juta ton C02 pada tahun 2030.
Pada 2019 emisi karbonnya telah mencapai 255 juta ton CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Karena itu, kehadiran kendaraan listrik bisa menjadi momentum untuk kita melakukan langkah-langkah percepatan untuk pencegahan kenaikan emisi karbon yang telah mengkhawatirkan.
Selain itu, ePrix ke-8 di Jakarta itu juga dapat digunakan sebagai momentum untuk merebut pasar agar teknologi dan keekonomian yang lebih ramah lingkungan (green economic and technology).
Ajang ini juga menjadi momentum pemerintah untuk mereformasi regulasi terkait insentif fiskal bagi kendaraan bermotor yang rendah karbon. Karena itu, daya saing industri kendaraan bermotor berbasis listrik akan meningkat dan menarik.
"'Green economic and technology' itu betul-betul bisa masuk dan diadopsi di Formula E sehingga pertumbuhannya tak lagi terhambat sekaligus lebih aman bagi lingkungan," ujar Safrudin pula.
Jika konsisten menerapkan kendaraan rendah emisi gas karbon (low carbon emission vehicle) seperti kendaraan listrik, maka di 2030 bisa mengurangi efek gas rumah kaca dari transportasi darat (road transportation) sampai dengan 59 persen.
Selanjutnya juga bisa menghemat sekitar 59 juta kilo liter bensin dan 56 juta kiloliter solar. Atau sekitar Rp 677 triliun rupiah. "Rendah emisi ini akhirnya tetap keekonomian,” katanya.
Ia melanjutkan bahwa penggunaan kendaraan listrik juga akan membawa tiga keuntungan bagi Indonesia.
Pertama, diproyeksikan pada 2030 akan mendapat keuntungan ekonomi hingga Rp9.603 triliun sebagai konsekuensi dari penghematan energi fosil atau bahan bakar minyak (BBM).
Kedua, penurunan emisi pencemaran udara kota dan Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 100 persen pada 2030. Ketiga, merupakan pelecut pertumbuhan ekonomi hijau dari sektor otomotif.
Lintasan Formula E Ancol akan memiliki daya listrik untuk menyalakan lampu dan lain-lain dengan dukungan genset berbahan bakar biosolar atau minyak nabati terhidrogenasi (hydrotreated vegetable oil/HVO) yang rendah karbon.
"HVO ini juga terbuat dari bahan baku yang berkelanjutan," kata Irawan.
Sebagai informasi, siapapun yang ingin menonton Jakarta ePrix secara langsung, sudah bisa membeli tiket dari situs jakartaeprixofficial.com dan jakartaeprix.goersapp.com sejak 1 Mei lalu.
Baca juga: Panitia: Sirkuit Formula E Jakarta sudah rampung
Baca juga: Teten: Formula E di Jakarta berpotensi tingkatkan omzet UMKM
Lintasan
Formula E bisa dinikmati di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, pada 4 Juni mendatang dengan kapasitas penonton seluruhnya lebih dari 50.000 orang yang tersebar di sejumlah titik dan kategori tiket.
Pada hari pelaksanaannya nanti, dipastikan Taman Impian Jaya Ancol akan dipenuhi nuansa Formula E dari ujung barat hingga timur kawasan.
Yang menarik lagi, di dalam Jakarta International ePrix Circuit (JIEC) Ancol nanti ada yang namanya "Attack Mode".
Itu adalah suatu mode balap yang jika itu ditekan, maka tenaga mobil balap akan diperbesar secara elektronik.
"Kalau pembalap masuk ke 'Attack Mode', dia akan dapat tenaga tambahan, sehingga lebih memudahkan terjadi 'overtaking' (mendahului),” ungkap Irawan.
Menurut Irawan, bentuk sirkuit internasional Formula E Jakarta (JIEC) Ancol didesain khusus agar memungkinkan pembalap melakukan "overtaking". Tidak hanya di trek lurus melainkan juga di beberapa tikungan.
Sirkuit internasional Formula E Jakarta dibangun dengan mematangkan jalan yang sudah ada kawasan Pantai Karnaval Ancol, tepatnya di sisi selatan Ancol Beach City (ABC) Mall. Kini memiliki panjang lintasan 2,4 kilometer, lebar 12 meter dan jumlah tikungan 18.
Dengan lebar trek 12 meter itu, mobil Formula E cukup ruang untuk melakukan "overtake" dan menyalip lawan. Sedangkan di sirkuit Formula E lainnya yang dibangun di jalan raya, hanya memiliki 3 jalur yang lebar standarnya 10,5 meter.
Ukuran mobil Formula E Gen 2 saat ini memiliki panjang 5,1 meter, lebar 1,7 meter, tinggi 1 meter dan wheelbase 3,1 meter. Sedikit lebih kompak dibanding mobil Formula One (F1).
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022