Jakarta (ANTARA) - Durian memasuki puncak musim panennya, dan pesanan buah "beraroma menyengat" itu di China mulai melonjak pada akhir April 2022, mendorong impor buah tersebut dari Asia Tenggara, yang merupakan daerah penghasil utamanya.
Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia sejauh ini yang mulai berlaku pada 1 Januari 2022, kian meningkatkan penjualan buah itu pada tahun ini.
Negara-negara RCEP mencakup sekitar 30 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan populasi dunia. Lebih dari 90 persen perdagangan barang di antara negara-negara anggota yang disetujui secara bertahap akan dikenakan bebas tarif.
"Kami menerima 100 kotak durian, yang segera didistribusikan setelah tiba. Selain toko swalayan komunitas, banyak juga pelanggan individu," kata Huang Meixia dari anak perusahaan Charoen Pokphand Group di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan. Charoen Pokphand Group merupakan konglomerasi agribisnis terkemuka di Thailand.
Huang mencatat, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, penjualan durian cukup baik meski ada kenaikan harga pada tahun ini.
Cita rasa durian memikat semakin banyak pecinta kuliner di seluruh China. Pada 2021, volume impor durian segar mencapai empat kali lipat dibandingkan volume impor pada 2017.
Nisachol Thaithong, warga negara Thailand di Nanning, ibu kota Guangxi, menjalankan bisnis impor durian dari kebun keluarganya di Thailand ke China dan mengumpulkan sumber pelanggan yang stabil selama beberapa tahun terakhir.
"Berbicara mengenai durian pada zaman dulu, banyak konsumen yang hanya mengenal Golden Pillow. Kini, mereka bisa mengenal lebih banyak lagi varietas durian," kata Nisachol Thaithong.
Di Guangxi, lebih banyak investasi dikucurkan ke dalam infrastruktur dan logistik rantai dingin (cold-chain) guna memfasilitasi perdagangan buah segar lintas batas.
Wei Pan, seorang influencer media sosial di Guangxi, bermitra dengan Nisachol Thaithong untuk mengangkut durian yang baru dipetik dari Thailand ke kota-kota China seperti Guangzhou dan Kunming lewat jalur udara.
"Hanya membutuhkan dua hingga tiga jam untuk durian-durian itu dikirim via udara dari Thailand ke China. Kulitnya masih berwarna pirus ketika sampai di pasar China, yang menunjukkan kesegarannya," kata Wei.
Pelabuhan Qinzhou di Guangxi membuka beberapa rute kontainer langsung ke Thailand. Jalur ekspres buah dari Laem Chabang ke Qinzhou beroperasi empat kali dalam sepekan, dan buah-buahan dapat tiba di China dalam waktu sekitar tiga hingga empat hari.
Konsumen China memiliki daya beli yang kuat dan permintaan besar akan produk-produk berkualitas tinggi, kata Benjamas Tanvetyanont, Konsul Jenderal Thailand di Nanning.
Selain durian Thailand, durian dari Malaysia juga mulai populer di China.
Perusahaan China dan Malaysia baru-baru ini menandatangani 11 perjanjian untuk mempromosikan investasi dan kerja sama strategis dalam perdagangan lintas batas, salah satunya yakni perdagangan durian yang menjadi fokus perhatian.
Wakil Menteri Perdagangan Internasional dan Perindustrian Malaysia Lim Ban Hong mengatakan bahwa RCEP akan membawa peluang kerja sama yang cukup besar bagi perusahaan dari Guangxi dan Malaysia. Dia berharap di bawah RCEP, China dan Malaysia dapat menjalin kerja sama ekonomi dan perdagangan yang lebih erat.
Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022