London (ANTARA News) - Harga minyak merosot di perdagangan London, Kamis, tertekan meningkatnya klaim pengangguran mingguan AS dan data manufaktur China yang suram, sementara pedagang juga mempertimbnagkan dampak tindakan bank sentral untuk meningkatkan likuiditas.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Januari, turun 1,19 dolar AS menjadi 99,17 dolar AS per barel, lapor AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk Januari merosot 2,16 dolar AS menjadi 108,36 dolar AS di akhir perdagangan London.

Klaim baru untuk asuransi pengangguran AS naik sedikit untuk yang kedua pekan berturut-turut, pemerintah melaporkan Kamis, sehari menjelang data pasar pekerjaan November.

Jumlah orang yang mendaftar untuk tunjangan pengangguran naik menjadi 402.000 dalam pekan yang berakhir 26 November, Departemen Tenaga Kerja mengatakan. Departemen merevisi naik minggu sebelumnya menjadi 396.000 klaim.

Sebagian besar analis memperkirakan klaim jatuh pekan lalu di tengah kecenderungan melemahnya data mingguan.

Minyak mentah berjangka juga ditarik turun oleh data resmi yang menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur China mengalami kontraksi pada November untuk pertama kalinya dalam 33 bulan.

Indeks Pembelian Manajer (PMI) China turun menjadi 49 bulan lalu, turun 1,4 poin dari Oktober, menandai kontraksi pertama sejak Februari 2009, Federasi Logistik dan Pembelian China mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Angka di atas 50 mengindikasikan sektor ini mengalami perluasan, sementara angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Kedua data yang rilis penting untuk pasar minyak mentah karena Amerika Serikat adalah konsumen minyak terbesar di dunia, sementara China adalah konsumen terbesar dari energi.

Minyak telah meningkat dalam transaksi di Asia sebelumnya, setelah bank sentral di zona euro, Kanada, Inggris, Jepang, Amerika Serikat dan Swiss pada Rabu memangkas biaya penyediaan dolar AS kepada bank-bank untuk menopang sistem keuangan global.

Langkah dramatis itu memicu rally saham global pada Rabu karena para pedagang menyambut upaya terbaru untuk mengatasi krisis zona euro. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011