Pariaman (ANTARA News) - Prosesi kedua Pesta Budaya Tabuik 2011 Pariaman, Sumbar, yakni "Maambiak Batang Pisang" (mengambil batang pisang) diguyur hujan lebat sehingga tidak berjalan semestinya.
"Kita tetap mencoba melakukan arak-arakan diiring tabuhan gendang tasa sesuai tradisi kemudian menebang batang pisang, namun hujan lebat tidak memungkinkan lagi untuk diteruskan," kata Tetua Tabuik nagari Pasa, Nasrul Syam di Pariaman, Kamis malam.
Prosesi "Maambiak Batang Pisang" merupakan prosesi kedua rangkaian Pesta Budaya Tabuik 2011, perayaan memperingati Hari Asyura (10 Muharram) mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, berlangsung hingga seminggu ke depan dan puncaknya pada 11 Desember 2011 dilaksanakan oleh nagari Pasa dan nagari Subarang.
Nasrul Syam mengaku, pihaknya telah melakukan persiapan, yakni menyiapkan panji-panji dan obor yang akan diarak serta gendang tambur dan tasa yang akan ditabuh selama arak-arakan.
Baru saja berjalan 200 meter, katanya, hujan lebat turun sehingga membuat arak-arakan berteduh di sekitar pertokoan di Simpang Tugu Tabuik Pariaman.
Hujan membuat suara gendang tasa tidak nyaring dan obor yang dibawa anak-anak nagari mati.
Sementara itu, pantauan ANTARA, pemuda nagari Subarang hanya berjalan seperti biasa untuk mengambil batang pisang tanpa arak-arakan dan tabuhan gendang tasa.
Saat kembali usai mengambil batang pisang, idealnya kedua nagari tersebut berselisih kemudian terlibat perang diibaratkan perang karbala hingga baku hantam.
Namun karena hujan lebat, kedua pemuda nagari Pasa dan Subarang kembali ke tempat masing-masing sambil membubarkan diri.
Bahkan, terlihat pemuda nagari Pasa membawa batang pisang yang sudah ditebang menggunakan mobil tanpa arak-arakan.
Prosesi ketiga Tabuik akan digelar pada Selasa (6/12) yakni "Maatam" dan "Maarak Jari-jari".
Keseluruhan prosesi menjelang puncak "hoyak" Tabuik meliputi pelaksanaan prosesi ritual mulai dari prosesi "Maambiak Tanah", "Manabang Batang Pisang", "Maarak Jari-Jari", "Maatam", "Maarak Saroban", "Tabuik Naik Pangkek" hingga Puncak Hoyak (guncang) Tabuik yang berakhir setelah Tabuik dibuang ke laut seiring matahari terbenam.
(ANT-208/M009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011