Musk, dikutip dari Reuters pada Rabu, menyebut dirinya sebagai "absolutis kebebasan berbicara", tapi, tidak memberikan rincian soal rencananya ini.
Saat berbicara dalam konferensi Financial Times, dia mengatakan bahwa dia dan salah seorang pendiri Twitter, Jack Dorsey, meyakini blokir permanen seharusnya "sangat jarang" dan hanya boleh untuk akun yang menjalankan bot atau menyebarkan sampah (spam).
Baca juga: Pangeran Arab Saudi puji Elon Musk pimpin Twitter
Cuitan yang "salah dan buruk" harus dihapus atau dibuat tidak bisa dilihat, namun, akun hanya diblokir sementara, menurut Musk.
"Saya rasa blokir permanen adalah mengecilkan kepercayaan di Twitter sebagai alun-alun kota, tempat semua orang bisa bersuara," kata Musk.
Memblokir akun Trump, menurut sang miliuner, hanyalah memperluas pandangan politik Trump. Dia menyebut keputusan memblokir adalah "bodoh sekali".
Twitter memblokir Trump secara permanen tidak lama setelah peristiwa kerusuhan Capitol pada 6 Januari 2021. Cuitannya dinilai memicu kekerasan.
Musk, yang masih menjabat sebagai CEO Tesla, membeli Twitter senilai 44 miliar dolar Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Dia diperkirakan akan menjadi CEO temporer setelah akuisisi selesai.
Baca juga: Kepala industri UE Breton-Musk beri sinyal sepakati UU Layanan Digital
Baca juga: Elon Musk dituntut karena akuisisi Twitter
Baca juga: Elon Musk ingin naikkan pendapatan Twitter lima kali lipat
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022