Semarang (ANTARA News) - Sebuah kapal layar motor (KLM) yang sarat muatan, Jumat sekitar pukul 10.30 WIB, terbakar di dermaga VI, kompleks pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. Kebakaran ini menimpa KLM Bintang Indah dengan nahkoda, Eko Sudiarso warga Rasamala Banyumanik Semarang. Saat peristiwa terjadi, kapal general cargo (GC) milik PT Sekar Sari ini sedianya akan berangkat menuju Pontianak, Kalimantan Barat. Diduga sumber api ini berasal dari puntung rokok yang dibuang sembarangan di bagian palka. Meski tidak ada korban jiwa, kerugian akibat musibah ini mencapai Rp2 miliar lebih. Pasalnya, kapal berikut seluruh isinya yang terdiri atas beras, kapuk, gula merah, barang kelontong, genteng, dan furnitur yang beratnya 402.350 kilogram itu, akhirnya ludes terbakar dan tidak dapat diselamatkan. Menurut saksi mata di lokasi kejadian menyebutkan, api mulai membesar dari bagian tiang palka kapal. Api kemudian cepat membesar karena diatas palka merupakan tempat muatan kapuk seberat 7.500 kilogram. "Kami menduga suber api berasal dari puntung rokok yang menyala di bawah tiang palka. Namun disitu tempat muatan kapuk, api lantas cepat membesar," tutur Kapala Kamar Mesin (KKM), Bastomi kepada wartawan. Karena api cepat membesar, lanjutnya, para awak kapal tidak sempat menyelamatkan muatan. Upaya meminta pertolongan segera dilakukan oleh para anak buah kapal (ABK). Namun akibat pengaruh angin dan muatan yang mudah terbakar, api segera membesar dan mulai menjalar ke seluruh bagian kapal sepanjang 30 meter tersebut. Enam unit mobil pemadam kebakaran dan satu unit kapal pemadam kebakaran (KM Hanoman III) milik PT Pelindo yang berusaha memadamkan api mengalami kesulitan untuk menjinakkan kobaran api. Mereka hanya bisa menyaksikan api dengan ganas membakar kapal dan seluruh isinya. "Kami menyayangkan keterlambatan petugas pemadam kebakaran yang tiba di lokasi," ujarnya. Data yang dihimpun dari petugas Administrasi Pelabuhan (Adpel) Tanjung Emas menyebutkan, kapal kayu ini bermuatan beras seberat 341.245 kilogram, kapuk 7.500 kilogram, gula merah 15.000 kilogram, genteng 25.000 kilogram, barang kelontong 13.595 kilogram, dan sisanya produk furniture. "Sesuai jadawal, kapal dengan nahkoda Eko Sudiarso dan juru mudi Takim ini akan berangkat meninggalkan pelabuhan Tanjungemas tengah hari, setelah shalat Jumat," papar Kepala adpel Tanjung Emas, Sukardi, di lokasi kejadian. Untuk upaya pemadaman, lanjutnya, pihak adpel segera menutup dermaga VI kapal. Selain itu juga mengevakuasi kapal- kapal yang saat itu masih bersandar di dermaga. Upaya ini dilakukan agar kebakaran tidak merembet ke kapal lainnya. "Untuk mengetahui secara pasti peyebab kebakaran ini, lanjutnya, penanganan dilakukan oleh satuan Polairud Pelabuhan Tanjung Emas.Demikian pula ke-delapan ABK juga masih dimintai keterangan di Mapolairud," jelas Sukardi. Sementara itu, Penasehat DPC sekaligus DPD Pelayaran Rakyat (Pelra) Jawa Tengah, H Amran juga menyayangkan keterlambatan upaya pemadaman. Hal ini disebabkan oleh minimnya fasilitas pelabuhan Tanjung Emas. "Kami kecewa, pelabuhan yang tarafnya merupakan pelabuhan samudera tidak memiliki alat pertolongan kebakaran yang memadai," ujarnya saat dikonfirmasi wartawan. Padahal, menurut Amran, setiap kapal yang menggunakan fasilitas pelabuhan ini selalu membayar segala administrasi yang dibebankan. "Sekarang bagaimana, jika kapal dan muatan senilai kurang lebih 2 miliar rupiah tersebut tidak dapat terselamatkan," tegasnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006