Di tengah penurunan pasar obligasi global, pasar obligasi Indonesia masih menunjukkan resiliensi dibandingkan negara-negara lain dengan peringkat utang yang sama.

Jakarta (ANTARA) - Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan menyatakan pasar obligasi Indonesia masih menunjukkan resiliensi dibandingkan negara-negara lain dengan peringkat utang yang sama.

“Di tengah penurunan pasar obligasi global, pasar obligasi Indonesia masih menunjukkan resiliensi dibandingkan negara-negara lain dengan peringkat utang yang sama,” katanya di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut salah satunya terbukti melalui peningkatan outlook Indonesia menjadi stable yang diumumkan Standard & Poor yang menunjukkan apresiasi terhadap perbaikan fundamental Indonesia.

Baca juga: Investor di China lari ke obligasi dan deposito

Terlebih lagi, prospek investasi di Indonesia juga diakui oleh investor asing yakni tercermin dari aliran dana asing yang masuk sebesar Rp72 triliun sejak awal tahun sampai 28 April 2022.

“Ini mendorong IHSG naik 9,84 persen dalam empat bulan, tertinggi di kawasan Asia Pasifik,” tegasnya.

Ia menjelaskan Indonesia sebagai salah satu produsen dan eksportir komoditas terbesar di dunia pun menawarkan lindung nilai alami untuk investasi di tengah terus meningkatnya harga komoditas.

Baca juga: IHSG kembali terkoreksi seiring berlanjutnya aksi jual asing

Oleh sebab itu, Katarina menegaskan pemulihan ekonomi dan kuatnya fundamental dalam negeri ini akan tetap menjadi penopang pasar obligasi dan saham pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

“Di tengah kekhawatiran terhadap stagflasi global Indonesia diprediksi akan membukukan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tahun ini dibandingkan tahun lalu,” katanya.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022