Gelombang ledakan bom pinggir jalan melanda Mogadishu pekan ini, menewaskan sedikitnya tujuh orang, dan polisi serta penduduk menuduh gerilyawan garis keras Al-Shabaab bertanggung jawab atas insiden-insiden itu.
Pasukan pemerintah berusaha mengamankan Mogadishu dari serangan-serangan gerilyawan yang menarik diri dari kota itu pada Agustus namun berjanji melancarkan serangan berskala besar terhadap sasaran pemerintah.
"Saya selamat. Itu penyerang bom bunuh diri. Anda bisa melihat bagian-bagian mayatnya. Empat prajurit kami tewas dan 12 orang cedera," kata Jendral Abdikarim Yusuf Dhagabadan kepada wartawan di lokasi serangan itu, Villa Baidoa.
Kompleks itu kadang-kadang digunakan oleh Presiden Sheikh Sharif Ahmed.
"Penyerang bom bunuh diri memanfaatkan peluang ketika penjaga melakukan pergantian tugas di pintu gerbang," kata pemimpin militer itu.
Di distrik Dharkenley, Mogadishu, sebuah ledakan bom pinggir jalan menewaskan empat orang dan mencederai 39, kata polisi Mohamed Qasim kepada Reuters.
Ali Muse, koordinator pelayanan ambulan di Mogadishu, mengatakan kepada Reuters, ia memperkirakan jumlah kematian meningkat.
Sementara itu di dekat pelabuhan Mogadishu, sebuah granat tangan dilemparkan ke arah pasukan pemerintah, mencederai dua orang, dan sebuah bom pinggir jalan lain meledak sebelum waktunya di daerah Hamarjejab.
Pemerintah mengutuk gelombang serangan tersebut.
Sejak menarik diri dari Mogadishu pada Agustus, Al-Shabaab melancarkan serangan-serangan bom bunuh diri berskala besar yang menewaskan puluhan orang di kota itu.
Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011