London (ANTARA News) - State Secretary Kementerian Luar Negeri Jerman, Emily Haber mengakui Pemerintah Jerman menaruh perhatian terhadap pentingnya upaya membangun kepercayaan (confidence building) dan diplomasi preventif dalam kerangka ASEAN Regional Forum (ARF).

Hal itu disampaikan Emily Haber, pada pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) High-Level Workshop on Confidence Building Measures and Preventive Diplomacy in Asia and Europe di Berlin yang dihadiri Deputi II Bidang Politik Luar Negeri Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan, Dubes Nadjib Riphat Kesoema.

Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Berlin, Ayodhia G.L. Kalake kepada ANTARA London, Rabu, menyebutkan Indonesia dan Jerman bertindak sebagai co-host pada Workshop yang akan berlangsung selama dua hari di Kementerian Luar Negeri Jerman, Berlin.

Lebih lanjut State Secretary Emily Haber mengatakan pembangunan kepercayaan dan diplomasi preventif telah menjadi bagian dari sejarah Jerman yang menjadi faktor pendorong runtuhnya tembok Berlin, penyatuan kembali Jerman, dan proses penyatuan masyarakat Eropa di bawah payung Uni Eropa.

Dikatakannya dalam sudut pandang Eropa, kawasan Asia Pasifik saat ini mengalami perkembangan yang signifikan, yaitu diantaranya perkembangan arsitektur kawasan yang semakin kuat, bangkitnya kekuatan Cina, dan peranan Amerika Serikat yang lebih besar di kawasan ini.

Emily Haber menambahkan seiring dengan semakin pesatnya globalisasi yang membuat negara menjadi lebih saling terkait dibanding sebelumnya, munculnya berbagai tantangan keamanan baru yang mendapat perhatian bersama seperti terorisme, penyebaran senjata pemusnah massal, serta konflik regional.

Dalam menghadapi tantangan ini, ASEAN merupakan kekuatan inti (nucleus) dari ARF dalam upaya menjaga keamanan dan stabilitas kawasan Asia Pasifik, ujarnya.

Sementara itu, Dubes Nadjib Riphat Kesoema menggarisbawahi peranan penting Indonesia selama menjadi Ketua ASEAN di tahun 2011 termasuk kontribusi Indonesia dalam memperkuat pilar CBMs dan PD di ARF.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-19 ASEAN, Indonesia berhasil mendorong transformasi ASEAN menjadi komunitas yang lebih kohesif dan kolaboratif, serta membangun tatanan regional yang efektif.

Dikatakannya Negara anggota ASEAN juga menyepakati pembentukan Institute for Peace and Reconciliation (AIPR) yang diharapkan turut menciptakan kawasan Asia Tenggara yang aman dan stabil.

Delegasi Indonesia yang dipimpin Dirjen Kerja Sama ASEAN, Djauhari Oratmangun, menekankan Indonesia senantiasa berperan dalam pencegahan konflik melalui upaya membangun kepercayaan.

Hal ini dilakukan antara lain dengan membantu mencari solusi dari konflik perbatasan dan konflik Laut China Selatan, mendorong kemajuan dalam negosiasi Six Party Talks untuk mengatasi masalah Semenanjung Korea, mendorong terciptanya kawasan bebas nuklir di ASEAN, dan memperkuat ASEAN Maritime Forum.

Berbagai upaya tersebut menunjukkan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat dua pilar utama ARF yaitu Confidence Building Measures (CMBs) dan Preventive Diplomacy (PD) agar dapat mencapai pilar yang ketiga yaitu resolusi konflik.

Workshop yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan serupa yang pernah diadakan pada tahun 2008 di Berlin, diikuti sekitar 100 delegasi negara-negara ARF berlangsung dalam suasana yang terbuka dan dinamis.

Para peserta berasal dari pejabat pemerintah, kalangan militer, akademisi, perwakilan dari OSCE, dan kalangan diplomatic serta Wakil Tetap RI untuk ASEAN, Dubes Ngurah Swajaya.

Selama workshop berlangsung para peserta saling mempelajari pengalaman menangani konflik yang terjadi di beberapa kawasan, misalnya Asia Timur, Asia Tengah, dan Eropa Timur.

Berdasarkan kasus-kasus yang muncul di kawasan, maka dapat dikembangkan konsep yang lebih baik dalam menguatkan peranan institusi regional, dalam hal ini ARF dan OSCE , untuk mengatasi krisis. Para peserta menekankan pentingnya transparansi dan komunikasi sebagai faktor yang turut memperkuat implementasi CBMs. (ZG)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011